Path Facebook Instagram Twitter Google+

Plat Artistik (Bolosnya Developers 1)

Sebelum bercerita aku mau menyampaikan permohonan maaf terlebih dahulu pada Bu Lufi dosenku karena "kami" mahasiswa developer tadi siang membolos berjamaah.

 

Hari ini hari Jumat, hari yang biasanya libur tak ada kuliah ini terpaksa membuat kami meliburkan sendiri jadwal kuliah yang telah direncanakan dosen kami. Sekitar jam sepuluh lebih beberapa menit Muklis datang ke rumah untuk menjemputku kuliah pagi ini. Begitu selesai mandi dan berpakaian aku pun segera mengajaknya berangkat ke rumah Lanang. Jika masuk siang seperti hari ini kami biasa berkumpul di rumah Lanang terlebih dahulu yang sudah menjadi basecamp walau tak pernah tertulis secara sah. Jalanan Surabaya yang makin hari kian penuh dengan kendaraan bermotor ini membuat perjalanan menuju rumah Lanang terasa lumayan jauh karena kemacetannya. Kalian tau jalan Dr. Soetomo? Kedubes Amerika Serikat? Jika kalian melewati jalan itu mulai pagi hari hingga sore hari atau bisa saja 20 jam per hari dari arah Diponegoro menuju Dinoyo maka aku bisa menjamin bahwa kalian bisa terjebak lampu lalu lintas selama dua putaran lampu merah kalau mengendarai sepeda motor bahkan bisa lebih jika kalian mengendarai mobil. Saat menunggu lampu hijau di pertigaan Polisi Istimewa - Dinoyo, aku menemukan topik pembicaraan bagus dengan Muklis. Aku melihat plat nomor bagian belakang dari sepeda motor di depan kami terbuat dari seng berwarna putih yang nomor kendaraannya ditulis sendiri dengan menggunakan coretan-coretan pulpen hitam.

"Liat deh plat motor di depan itu." aku berkata pada Muklis sambil menunjuk motor di depan kami yang dikendarai oleh seorang cewek, "Hihihi..."
 "Wah plat motor tren 2011 tuh, hehehe."

Lampu merah sudah padam maka itu artinya waktunya sepeda motor kami melaju.

Kami belum selesai membicarakan plat nomor tadi setelah mengetahui bahwa plat bagian depan ternyata tak sama dengan plat artistik dibagian belakang. Sambil menerka-nerka mengapa plat belakang bisa jadi seperti itu, Muklis pun berkata, "Aku baru ingat Nyol, dia itu sudah memacu motornya bersama dengan kita sejak masih berada di jalanan rumahmu!"
"Hah??? Bener nih? Apa dia temenku ya? Kalau liat dari motornya sih kayaknya iya." aku yang penasaran menyuruh Muklis memacu kendaraannya agar lebih mendekat dengan si plat artistik.

Ketika motor kami sudah sejajar aku sempat mengamati penunggang plat artistik namun aku tak begitu mengenalinya karena kaca helm serta masker menutupi wajahnya. Sampai akhirnya kami kehilangan dia karena kegesitannya berkendara menerobos lampu lalu lintas yang telah menunjukkan warna darah.

Begitu tiba di rumah Lanang Papanya memberi tau kami kalau Lanang dan Edo lagi asyik nongkrong di warnet langganan dekat rumahnya. Kami pun tak mau ketinggalan dan segera menyusul mereka berdua.

Bersambung...

 

Cerita ini masih jauh dari kata TAMAT, jadi jangan lupa baca lanjutannya ya karena masih ada beberapa tokoh baru, teman-teman kuliah yang belum pernah aku ceritakan di blog ini akan bermunculan! Stay tune! ;)

Posted via email from Nyol's Posterous

0 obrolan:

Posting Komentar

Habis baca jangan lupa tinggalin jejak ya :D