Path Facebook Instagram Twitter Google+

Kamar VIP (Gaya Baru Malam Selatan 2)

Satu stasiun baru saja terlewati namun aku masih terus melangkah demi menemukan tempat untuk duduk maupun sekedar berdiri melepas lelah. Pelukis semesta sudah menuangkan cat warna merah menyala. Matahari mulai bergulir ke barat menyinari belahan dunia lainnya. Beberapa belas menit lagi waktu maghrib akan segera tiba. Lagi-lagi rombonganku tersendat karena banyaknya penjajah makanan dan minuman yang berlalu lalang juga para penumpang lain yang duduk sekenanya di sepanjang jalan di tengah gerbong.

"Sek, macet." abdi negara yang mengajakku ikut rombongannya tadi menoleh dan berkata padaku yang ada di belakangnya.
"Iyo mas." aku menjawabnya sambil tersenyum.

Mereka adalah putra bangsa yang berasal dari kota Yogyakarta dan sekitarnya. Tanpa bertanya pun aku sudah bisa menebak ketika mendengar intonasi rangkaian suara yang mereka ucapkan, apalagi tadi ada orang yang bertanya pada mereka mau turun dimana, lalu pria paling depan menjawab: Jogja. Sebenarnya aku agak takut juga saat salah satu dari mereka menyuruh yang lain untuk terus melangkah hingga ke lokomotif masinis. Yang kutakutkan adalah bila terjadi kecelakaan, naudzubillah. Bukan maksudku berkeinginan atau berfirasat tidak baik agar terjadi kecelakaan, bukan. Sudah berkali-kali aku mendengar berita tentang kecelakaan kereta yang menyebabkan hilangnya puluhan nyawa. Dan biasanya yang terkena dampak paling parah adalah gerbong depan atau belakang.

 

Lampu di gerbong kereta mulai menyala. Begitu juga lampu-lampu jalanan, rumah-rumah penduduk juga lampu kendaraan yang tertangkap walau hanya sekelebatan saja oleh mata ketika aku menatap jendela. Aku bersandar pada sambungan gerbong ditemani beberapa orang yang juga sedang bersandar. Entah ada di batas gerbong ke berapa aku sekarang. Dua abdi negara rombonganku tadi telah menemukan tempat mereka sendiri di gerbong belakangku, sedangkan aku dan sang kapten yang memimpin kami tadi berada di antara sambungan gerbong mereka dengan gerbong depan. Berada tepat di sambungan ternyata lebih tidak mengenakan. Sempit dan banyak yang pedagang berlalu lalang. Kadang kaki terinjak kadang perut tertohok barang yang mereka bawa, dan ah.. banyak deh. Aku masih mengincar tempat yang nyaman untuk bisa duduk walau harus menekuk anggota tubuh yang lain. Dan tempat itu telah aku temukan, hanya tiga langkah di bawah tempatku berdiri, di dekat pintu masuk gerbong bukan di sambungan! Aku melihat potensi tempat itu cocok sekali untuk duduk, tapi sayangnya orang yang duduk di depan tempat itu menelunjurkan kakinya yang bersepatu kets putih. Setelah mengamati lebih jelas seperti apa wajah dari orang itu yang ternyata juga seorang bocah kira-kira hanya dua tiga tahun diatasku, aku memberanikan diri untuk meminta orang itu menekuk kakinya.

"Lah, ngono lak enak." kata sang kapten yang masih berdiri di sekitar tempat itu juga.

Setelah mengaitkan tas bawaanku di atas, aku pun akhirnya bisa duduk manis di depan orang yang tadi berselunjur kaki. Di sebelah kiriku ada sang kapten masih berdiri, dua orang pria yang mulutnya tak berhenti mengeluarkan asap rokok duduk di sebelah kaki kapten juga seorang mbah yang duduk tepat di depan pintu gerbong bagian kiri sedangkan di sebelah kananku ada rombongan keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan seorang anak gadisnya duduk di atas kardus-kardus, beberapa tas dan koper besar dekat sekali dengan pintu gerbong bagian kanan yang salah satu jendelanya bolong tak berkaca. Aku mencuri-curi pandang melihat wajah gadis itu walau bapaknya tepat disampingku :P. Stasiun Cirebon baru saja terlewati setelah beberapa penumpang baru ikut memeriahkan suasana pesta dalam gerbong kereta ekonomi ini. Aku baru saja membalas SMS dari Tiyas yang menanyakan keadaanku. Padahal baru berpisah berapa menit kok rasanya cemas sekali kalimat pertanyaannya.

 

Dua bocah belasan yang baru saja melintas di sampingku berhasil mendapat tempat duduk di lantai gerbong di samping dinding toilet. Semula aku tak menyadari mengapa pintu toilet selalu tertutup. Begitu ada seorang wanita gemuk yang ingin buang air memaksa masuk ke dalam toilet aku baru tau kalau toilet kereta ekonomi bisa di alih fungsikan menjadi kamar VIP! Mengagumkan, sungguh citarasa PT. KAI, tiada duanya di dunia perkereta apian di negara-negara lain.

Bersambung...

 

Melihat berita kecelakaan kereta api di Banjar - Jawa Barat membuatku ingin melanjutkan lagi kisah perjalanan semalamku berkereta dari Subang ke Surabaya. Kereta Mutiara Selatan yang menjadi berita utama beberapa hari ini karena telah menabrak kereta Kutojaya juga pernah aku tumpangi ketika aku main ke rumah pamanku Suroso untuk pertama kalinya ketika aku masih SMP kelas 2 di temani pamanku Abidin dan saudara sepupuku Diar. Semoga korban meninggal diterima disisiNya dan korban lainnya diberi ketabahan, Amin.

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Kamar VIP (Gaya Baru Malam Selatan 2)

Neraka Cermin

Buku hadiahku menang kuis dari bukuKatta kerjasama dengan GRI sudah sampai nih hari ini. Di dalam buku yang memiliki tebal 102 halaman ini ada 6 buah cerita yang judulnya:
1. Neraka Cermin
2. Jurang
3. Kembar (Pengakuan Seorang Penjahat pada Pendeta)
4. Kursi Bernyawa
5. Dua Orang Pincang
6. Ulat
Aku baru baca 3 judul pertama nih. Dan di cerita kedua rasanya aku pernah membaca dan melihat cerita serupa dalam serial komik dan film kartun Detective Conan.
Baca Selengkapnya - Neraka Cermin

Berburu Masa Lalu

Hari itu sepertinya Tuhan mendengar doaku. Sudah lama aku ingin pergi ke suatu tempat yang sudah setahun lebih tak pernah aku kunjungi. Baru saja aku masuk kelas untuk memulai kuliah. Masih seperti biasa, akulah mahasiswa terakhir yang menjadi penutup semua keterlambatan. Belum juga aku duduk tapi Lanang bilang kalau kuliah sudah selesai. Aku cuek saja dan langsung melenggang ke toilet setelah izin pada dosenku. Saat aku kembali ternyata teman-teman benar-benar berkemas dan segera bergegas meninggalkan kelas. Aku pun tak mau ketinggalan lalu mengekor di belakang mereka.

"Ada apa sih kok cepet banget kuliahnya? Apa aku kelamaan telatnya?" aku bertanya pada Eka sambil membuka hapeku untuk melihat jam.
Eka yang ada di depanku menjawab dengan santai, "Makanya besok datengnya jam 10 aja."

Aku cuma bisa manggut-manggut mendengar sindiran temanku yang satu ini. Baru jam 9 seperempat.. enaknya main kemana nih? Setelah bertanya-tanya tentang kegiatan yang tadi dilakukan sebelum ke datanganku, aku memantapkan niatku untuk pergi berburu buku. Kalau sudah berurusan dengan buku pastinya aku akan berkelana sendiri tanpa ditemani konco-konco karena mereka bukanlah pelahap buku. Setapak demi setapak aku melangkah hingga tak terasa sampailah aku di tempat perburuan pertama, TM Petra yang memang tak jauh letaknya dari kampus. Daftar buruan buku-buku yang ingin aku beli sudah tertata rapi di dalam otak. Sempat aku melihat Ranah 3 Warna yang baru saja terbit yang juga masuk daftar buruanku ini. Aku hanya bisa mengelus sampul buku yang terbungkus plastik karena untuk bisa memilikinya butuh separuh isi dompet melayang ke meja kasir. Setelah berkeliling sebentar di rak buku cuci gudang dan kecewa karena bukunya masih tetap itu-itu saja aku pun menuju komputer pencari. Belum juga aku sampai; mata, kaki, dan tanganku kembali tidak bisa menahan diri untuk tidak bekerja sama berhenti lalu membolak-balik buku yang menyilaukan pandangan.

Nh.Dini, aku mau cari buku-buku Nh. Dini. Setelah tak menemukan rak buku dimana terdapat beberapa buku Nh. Dini tersebut walau sudah mendapat bantuan dari komputer pencari, akhirnya aku bertanya pada penjaga toko. Aha! Akhirnya ketemu juga buku yang ku cari-cari. Sebenarnya aku bisa membeli buku itu tapi aku teringat akan suatu tempat yang biasa aku kunjungi bersama teman SMAku yang sudah lama tidak aku kunjungi. Sekali lagi, hanya bisa mengelus dan mengucapkan sampai jumpa pada buku itu aku pun meneruskan perjalanan menuju lembah perburuan berikutnya.

Bersambung...

Seneng banget sih bikin cerita seri? Toh nantinya juga bingung bikin endingnya? Sudahlah, nikmati saja apa yang aku tulis ini. Sebenarnya masih begitu banyak kegiatan yang terpotong pada cerita diatas. Tapi apa boleh buat karena aku merasa tidak begitu penting untuk diceritakan. Tetep tongkrongin blog ini kalau mau tau kisah selanjutnya :)

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Berburu Masa Lalu

Keberuntungan VS Kebodohan

Awal bulan kemarin aku ikutan kuis berhadiah buku Edogawa Rampo di GRI. Persyaratannya mudah dan sederhana sekali. Siapa yang tidak tergiur? Apa lagi pelahap buku macam saya ini. Ada yang tidak mengenal Edogawa Rampo? Jangan minder jangan khawatir, aku sendiri juga asing kok mendengar nama tersebut :P hehe. Mari kita kupas sejarah singkat tentang sosok penulis dari negeri matahari terbit ini.
Edogawa Rampo yang memiliki nama asli Tarō Hirai ini lahir tanggal 21 Oktober 1894 di prefektur Mie (sekarang kota Nabari), Jepang. Dia adalah penulis cerita detektif yang telah melegenda di negerinya bahkan di beberapa negara lain. Ceritanya banyak diilhami dari karya penulis cerita detektif dari Eropa dan Amerika. Nama Edogawa Rampo sendiri sebenarnya berasal dari pelafalan Edgar Allan Poe dalam bahasa Jepang. Karya Rampo yang begitu digemari pembaca adalah serial detektif dengan tokoh utama Kogoro Akechi. Sedikit bocoran nih, ternyata Aoyama Gosho juga penggemar cerita detektif Rampo lho. Terbukti dengan serial komik Detective Conan yang berlatar cerita detektif juga, dengan penamaan tokoh utamanya Conan Edogawa dan Kogoro Mouri. Edogawa Rampo meninggal diusia 70 tahun tepatnya tanggal 28 Juli 1965.
Sekarang sudah tau kan? Baiklah saatnya kembali ke kuis lagi. Untuk bisa mengikuti kuis tersebut peserta hanya perlu menuliskan jawaban atas pertanyaan yang isinya seperti ini:
"Seandainya kalian jadi Conan lalu mengecil, sebutkan 3 hal yang akan kalian lakukan!"
lalu mengirimkannya lewat email. Langsung saja aku buka emailku, terus ketik ketik ketik... jadi deh, lalu kirim dan beres tinggal nunggu pengumuman pemenang.
Aku sempat terlupa akan kuis ini dan baru teringat kemarin. Aku buka emailku dan ku cari-cari balasan dari panitia di kotak masuk. Ternyata tidak ada berita terbaru. Hm.. tak patah arang aku pun mengirim email lagi untuk menanyakan pengumuman. Pengumuman ternyata sudah beredar sejak 13 Januari! Sehari setelah hari terakhir penutupan kuis.

Jreng jreng jreng!!! Lihat, nama siapa itu di baris pertama! Benar-benar terharu deh :cry: ini kali pertama aku menangin kuis berhadiah buku. Setelah puas mengharu biru aku melanjutkan bacaanku ke pesan-pesan berikutnya. Empat pemenang lain sudah mengirim alamat beserta nomor telepon yang bisa dihubungi ke pihak panitia penyelenggara. Lalu nasibku bagaimana? Aku baca lagi baca lagi dan oh... ada beberapa suara dari peserta yang tidak menang meminta panitia agar kemenanganku dibatalkan saja lalu digantikan dengan dirinya :cry: sesaat tubuhku terasa lemas. Untungnya panitia masih memberi kelonggaran waktu untukku hingga batas maksimal hari Selasa (baca: hari ini).

Pesan dariku, jika kalian ikutan kuis atau lomba khususnya yang bersifat ONLINE, jangan lupa catat tanggal penting supaya tidak ada kejadian seperti yang kualami ini.
Baca Selengkapnya - Keberuntungan VS Kebodohan

Bumi dan Kita

Lupakan sejenak rutinitas yang kamu lakukan sehari-hari. Keluarlah ke depan rumahmu dan lihat sekeliling. Apa kamu masih menemukan sedikit tanah di pekarangan rumahmu tempat berlangsungnya hidup sebagian makhluk ciptaan Tuhan yang biasa disebut tumbuhan? Syukurlah kalau rumahmu masih menyisakan sedikit tempat untuk makhluk itu. Sekarang dekatilah makhluk itu dan lihat dengan seksama diantara rimbunnya dedaunan dan diantara kuncup-kuncup berwarna terang nan wangi yang ada. Apa kamu menemukan makhluk ciptaan Tuhan lainnya? Syukurlah kalau masih ada ulat dan beberapa serangga kecil lainnya yang betah hidup disana. Andai banyak manusia yang masih mau menjaga lingkungannya.

Kemajuan teknologi buatan manusia begitu nyata dampaknya pada kedaan alam. Beberapa dekade terakhir sudah banyak kita mendengar tentang perjanjian internasional yang membahas tentang isu lingkungan hidup. Diantaranya seperti pemanasan global, perubahan iklim, sampah plastik dan isu-isu lingkungan lainnya. Jika kita tidak segera merubah kebiasaan buruk mencemari lingkungan sekitar, maka bisa dipastikan anak cucu kita tak akan bisa menikmati indahnya bumi ini di masa yang akan datang.

Pemanasan global terjadi karena efek rumah kaca yang paling banyak disebabkan oleh pembuangan karbondioksida (CO2) yang sebagian besar merupakan sumbangan dari sisa gas pembakaran kendaraan bermotor di kota-kota besar, juga penebangan liar di hutan yang mengakibatkan berkurangnya tempat penampungan gas CO2. Efek jangka panjang dari pemanasan global berdampak pada perubahan iklim. Dalam prosesnya perubahan iklim terjadi lebih lambat. Sebagai contoh adalah mencairnya es di kutub selatan yang berakibat bertambahnya volume air laut dan bisa menenggelamkan beberapa pulau kecil, musim kemarau yang berkepanjangan hingga menyebabkan kekeringan sementara musim hujan menjadi begitu singkat dengan curah hujan yang lebih tinggi dan badai.

Penggunaan barang-barang yang mengandung CFC (chlorofluorocarbon) secara berlebihan juga menyebabkan penipisan pada lapisan ozon. Sampah plastik juga menyebabkan kerusakan lingkungan karena sifatnya yang tidak mudah terurai. Menyebabkan banjir jika dibuang sembarangan di sungai sementara bila hanyut hingga ke lautan bisa membunuh berbagai binatang laut karena menganggap plastik sebagai makanan, menyebabkan tanah tidak subur dan membunuh hewan yang hidup di dalam tanah, menyebabkan polusi udara ketika dibakar.

Sebelum terlambat mari memulai langkah baru dengan menghindari pemakaian produk yang tidak ramah lingkungan. Sebagai pencegahan pemanasan global simpan dulu kendaraan pribadi setidaknya seminggu sekali dan coba bepergian menggunakan kendaraan umum. Usahakan jika bepergian ke tempat yang tidak begitu jauh sebaiknya menggunakan sepeda saja toh bersepeda juga menyehatkan badan. Jika ada kesempatan di waktu luang hiasi pekarangan rumah dengan menanam banyak tumbuhan, kalau bisa ganti pagar besi dengan pagar dari tumbuhan hingga terlihat elok jadi rumah bergaya green house. Bagi yang tidak punya lahan jangan berkelit dulu, kan masih ada tumbuhan yang bisa bertahan walau hidup di dalam pot.

Kegunaan utama CFC ialah sebagai bahan penyejuk, bahan dorong dan pelarut, namun kini penggunaannya mulai dihentikan secara berangsur-angsur karena menyebabkan penipisan lapisan ozon. Beralih ke masalah sampah, sebaiknya sebelum membuang sampah ke tempat pembuangan sebaiknya kita upayakan memisahkan sampah organik yang mudah terurai dengan sampah non organik seperti plastik, logam, kaca, kardus dan sebagainya. Sebaiknya gunakan kembali barang tersebut (barang non organik) hingga sudah benar-benar tidak bisa dipakai dan tidak bermanfaat. Jika memang sudah tidak bermanfaat kumpulkan sampah tersebut dan berikan atau jual pada pemulung untuk didaur ulang lagi oleh pabrik. Terakhir cobalah membawa tas sendiri yang ramah lingkungan ketika akan membeli sesuatu untuk menghindari pemakaian tas plastik yang hanya bisa sekali hingga dua kali pakai.
Let's save our planet together!
Sumber informasi:
Wikipedia(ID)

Wikipedia(MS)
UPI
Baca Selengkapnya - Bumi dan Kita

Berkelana di Dalam Gerbong (Gaya Baru Malam Selatan 1)

 

Sayup-sayup terdengar suara peluit kereta yang semakin keras. Itulah keretaku. Ular besi yang akan membawaku pulang ke rumah. Lima hari sudah aku berada di kota yang sejuk ini, kini saatnya untuk pulang. Paman menyuruhku supaya segera naik ke dalam kereta. Ini adalah perjalanan panjang pertamaku seorang diri. Hanya ditemani sebuah tas cewek pemberian sepupuku Tiyas karena aku sama sekali tak membawa perlengkapan saat akan menginap di rumah pamanku, bahkan KTP pun aku juga tak membawanya karena dompet sengaja aku tinggal. Sebelum berangkat pamanku yang anggota angkatan udara bertemu beberapa rekan sesama angkatan di stasiun kecil Pegaden Baru ini dan menitipkan aku pada salah satu anak buahnya. Orang yang diberi amanat oleh pamanku ini pastinya adalah orang yang cekatan. Menurut penglihatanku sih dia hanya beberapa tahun lebih tua dariku. Sebelum naik kereta aku sempat ngobrol sebentar dengannya, dia nantinya akan turun di Madiun.

 

Kereta sudah berhenti. Aku segera berpamitan kepada dua sepupuku yang ikut serta mengantarku ke stasiun. Aku berlarian di belakang para beberapa angkatan udara ini mencari gerbong yang loggar. Kami sudah sampai di ekor kereta namun sayang tak ada satu pun gerbong yang longgar, bahkan ada beberapa gerbong yang sengaja dikunci dari dalam oleh beberapa orang yang tak mau gerbong mereka makin penuh sesak. Peluit kereta mulai berbunyi lagi.

"Gung!! Cepat naik sini!" pamanku terlihat geram melihat kebodohanku berlarian mencari gerbong kosong yang mustahil adanya.

Dengan tergesa dan panik aku segera menuju pintu gerbong yang ada di dekat pamanku itu. Akui sampai lupa mengucapkan salam perpisahan pada pamanku ini karena takut tertinggal kereta. Peluh menetes dari dahiku, aku masih mencari tempat yang enak dan nyaman walau harus berdiri. Kriiieg... Kereta mulai bergoyang.

Tuuuuuuuttt!!! Tuuuuuuuuuuuuuuuuuttt!!!

Perlahan kereta mulai melaju. Inilah saat-saat yang paling aku benci. Entah mengapa ketika aku menjadi pengantar maupun ketika aku menjadi yang diantar, ingin sekali aku melewatkan saat dimana aku harus melihat orang-orang yang aku sayang menjauh dari pandangan. Aku masih bisa melihat pamanku dan dua orang putrinya sedang mencari keberadaanku dari jendela. Aku ingin sekali berteriak aku ada di dalam sini! Aku sudah naik, jangan khawatir! Kereta mulai mempercepat lajunya. Keluarga kecil pamanku ini mulai menjauh dari pandanganku, semakin jauh dan semakin kabur, hingga akhirnya tak terlihat lagi.

 

Pemandangan stasiun sudah terganti dengan pemandangan persawahan yang kian hari kian menguning menunggu panen raya tiba. Aku masih berdiri lesu tak mendapat tempat duduk. Beginilah gambaran nyata sistem transportasi di negara ini, kelas Ekonomi khas PT. KAI. Aku berpapasan dengan orang yang diberi amanat oleh pamanku. Dia tak memandangku sama sekali ketika aku tersenyum saat dia lewat dihadapanku. Cih, sikap orang ini berbalik seratus delapan puluh derajat. Kini aku tau, tadi dihadapan pamanku dia hanya berbasa-basi. Seperti inikah hidup? Oh... ternyata aku hanyalah anak kota yang polos, tak pernah merasakan kejamnya dunia ini. Minta ini tinggal bilang. Minta itu besok sudah dapat. Tak berapa lama aku disapa oleh salah seorang anggota angkatan udara lain yang tadi juga menunggu di stasiun. Dia mengajakku ikut bersama rombongannya menuju gerbong depan. Daripada sendirian disini labih baik aku bergabung bersama gerombolan mereka. Mereka hanya bertiga ditambah diriku jadi berempat. Kami bersinggungan badan dengan banyak penjual yang berlalu lalang. Tak kenal lelah para pedagang ini bagaikan para petani yang sedang panen karena mengingat saat ini masih terhitung hari padat yang sayang sekali kalau dilewatkan setelah libur lebaran. Terkadang kami harus berhenti karena jalanan begitu sesak dengan manusia yang sedang duduk dengan acuhnya di jalanan juga pedagang yang berbondong-bondong dengan barang dagangan yang bukan main banyaknya. Sesekali ada beberapa orang iseng yang bertanya pada tiga abdi negara di depanku ini, mau kemana? Tentara ya? Dan lain sebagainya. Kalau para pedagang sih kalimat yang mereka ucapkan relatif sama, Penuh mas balik aja.

 

Dua gerbong sudah terlewati. Aku tak melihat satu pun tanda-tanda adanya tempat yang nyaman bisa aku buat bersantai sejenak. Kini kami ada di gerbong makanan. Ada dua gadis berkerudung di kursi paling ujung, mereka ditemani bapak-bapak kondektur di sudut yang lain juga beberapa orang yang berdiri di ujung pintu sambungan gerbong belakang dan depan. Jika aku perempuan sih daripada jalan terus mending duduk disini walau digodain sama om om genit petugas KAI.

Bersambung...

 

Fiuuuh... aku pikir sekali hentakan keyboard kisah perjalanan semalamku berkereta api dari Subang sampai ke Surabaya bersama Gaya Baru Malam Selatan bisa langsung selesai. Makin banyak PR cerita bersambung nih jadinya. Oh iya nih, sekedar berbagi info buat yang mau bepergian naik kereta jangan lupa baca dulu tulisanku yang ini.
Nantikan kelanjutannya ya sobat ;) Don't miss it!

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Berkelana di Dalam Gerbong (Gaya Baru Malam Selatan 1)

Kumpulan Kata Bijak dari SMART

Sobat, aku mau berbagi beberapa SMS yang berhasil aku selamatkan dari penghapusan masal nih. Biasanya sih aku langsung menghapus semua SMS di kotak masuk. Maklumlah.. hape jadul, baru beberapa SMS aja yang masuk kapasitas memori langsung penuh. Operator telepon cdma seluler SMART sejak beberapa hari terakhir ini mulai rajin mengirimi pelanggan setia mereka kata bijak tiap dua hari sekali kalau aku tidak salah. Padahal aku tidak pernah mendaftarkan nomorku pada layanan SMS sejenis itu. Tapi bagus deh, siapa tau aja dengan kiriman SMS ini kami para pelanggan jadi lebih bijaksana dan tentunya lebih bersabar dengan ke'LEMOD'an koneksi internet SMART (langganan paket paling murah aja protes).

Kita tak dapat mengubah masa lalu, tingkah laku orang, dan apa yang pasti terjadi. Tetapi satu hal dapat kita ubah, 1 hal dapat kita kontrol, dan itu adalah SIKAP KITA - MT

Pesan dari: 3323
Diterima pada: 05:05:53pm 09/12/10

Aku tak tau siapa MT atau karena hapeku yang jadul jadi SMS itu terpotong? Hm.. sudahlah.
Aku mengakui bahwa gampang bagiku untuk mencela dan menasihati orang lain tapi belum tentu diriku sendiri bisa melakukannya. Tentang masa lalu, sebenarnya ada banyak sekali yang ingin kita benahi tapi semua itu mustahil. Toh hari ini pun akan menjadi masa lalu di masa yang akan datang, dari pada pusing mikirin masa lalu mending kita pikirkan hari ini karena masa depan kita tergantung sikap kita hari ini dan hari-hari berikutnya.

Bagian terbaik dari seseorang adalah perbuatan-perbuatan baik dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain - William Wordsworth

Pesan dari 332301
Diterima pada: 03:05:00pm 10/01/11

Benar sekali, tiada perbuatan paling baik selain perbuatan tanpa menunggu pujian dari orang lain juga ikhlas tanpa pamrih.

Jauhilah kebiasaan menggunjing,karena menyebabkan 3 bencana: doa tak terkabul, amal kebaikan tak diterima, dan dosa bertambah - Riwayat Ali bin Abi Tholib

Pesan dari: 332301
Diterima pada: 09:51:33am 12/01/11

Taukah kalian bahwa ada riwayat lain yang juga mengatakan bahwa barang siapa menggunjing dan membuka aib keburukan sesama maka mereka tak ubahnya memakan bangkai saudara sendiri. Naudzubillah.

Kaca, porselen, dan nama baik adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa bekas yang nampak - Benjamin Franklin

Pesan dari:332301
Diterima pada: 09:24:29am 14/01/11

Setuju...

Cuma itu ya?
Hehehe.. habis gak tau mau komentar apa :P

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Kumpulan Kata Bijak dari SMART

Sobatku Ramadhan

Sebelum bertemu dengan dirinya aku tak pernah memiliki seseorang yang begitu berarti untukku. Kukira sahabat sejati hanya ada di dalam buku-buku yang ditulis para penggahayal maupun pujangga pelantun nada yang bersenjatakan gitar tua, tapi bocah gempal berkulit sawo matang itu menunjukkan bahwa semua itu nyata dan membuatku benar-benar merasakannya. Pertama kali aku bertemu dengannya saat usia kami sudah menginjak akhir belasan dipenghujung masa SMA. Aku masih mengingat masa-masa dimana kami senantiasa menghabiskan waktu bersama. Hari ini genap 2 tahun dia meninggalkan semua orang tercintanya. Hanya doa yang bisa aku kirimkan padamu kini sahabatku.

 

Kriiiiiiiiing!!!

Bel masuk yang begitu keras telah berbunyi ketika aku baru saja turun dari kendaraan umum. Aku segera berlari namun sial, gerbang telah ditutup! Hari ini harus berhadapan lagi dengan Pak Ramli nih. Semakin lama semakin banyak murid-murid yang membanjiri jalanan di depan sekolahan kami. Kalau kalian belum terbiasa melewati jalan raya di depan sekolah kami di pagi hari, kalian mungkin akan takjub melihat pemandangan ini. Tidak hanya satu dua orang yang telat masuk, jika semua dikumpulkan menjadi satu tanpa membedakan kelas sepuluh, sebelas maupun dua belas itu artinya tiap pagi akan ada satu kelas yang tak berpenghuni sebelum Pak Ramli berbaik hati membuka pintu pagar untuk para pemalas ini. Bahkan terkadang kalau sedang sial ada juga satu dua guru yang terpaksa ikut antrian masuk bareng kami murid-murid. Tidak disiplin begitu mengakar kuat dalam budaya sekolah ini. Entah dimulai sejak kapan dan akan berakhir kapan pula. Saat itulah pertama kalinya aku bertemu dengan Ramadhan.

"Sial, telat lagi!" dia yang ada disampingku ini terus mengumpat diatas motornya.
"Langganan ya?" aku menyahutinya.
Sambil mengamatiku sejenak dia lalu berkata, "Hahaha.. iya."
"Kau Ramadhan anak IPA 3 kan?"
"Iya. Tapi maaf, aku gak tau siapa namamu." dia menatapku dan tersenyum.
"Aku Rizal, kelas IPA 1."

Dari jauh aku melihat Pak Ramli mulai mendekat ke arah gerbang, aku kira dia akan membuka pintu tapi ternyata dia menyampaikan ultimatum pada kami bahwa tidak ada yang boleh masuk hari ini dan beliau menyuruh kami semua pulang. Ramadhan bertanya padaku apa mau ikut nongkrong bersamanya? Aku yang tak terbiasa membolos ini masih sedikit ragu menjawab ajakan darinya. Aku melihat seorang teman perempuanku yang bernama Lintang memohon-mohon pada Pak Ramli agar ia diijinkan masuk karena dia baru kali ini terlambat. Pak Ramli tidak menggubrisnya. Dari pada tak tau mau kemana aku akhirnya menerima ajakan Ramadhan. Sesampainya di warung nasi Taman Persahabatan, Ramadhan menyuruhku memesan apa saja. Ketika aku mendengar dia memanggil pemilik warung dengan sebutan Om, barulah aku mengerti mengapa dia berani menyuruhku memesan apa saja. Selesai makan kami berbicara ngalor ngidul tentang sekolah dan apa saja. Walau suka terlambat masuk sekolah, Ramadhan ini kapten tim basket sekolah lho. Dia sering terlambat karena harus mengantar adiknya terlebih dahulu. Kalau aku sendiri baru 3 kali ini terlambat.

 

Sejak saat itu hubungan kami sedikit lebih akrab karena kami sama-sama suka menghabiskan jam istirahat pertama di perpustakaan. Dia baru sadar bahwa kami sebenarnya sudah sering bertemu disini tapi belum saling mengenal seperti sekarang. Kami sering bertukar informasi tentang buku bagus, komik dan macam-macam bahkan kami membuat jadwal pembelian buku baru tiap bulannya untuk saling melengkapi koleksi jika memang buku tersebut tak ada di perpustakaan. Bila bulan ini aku yang membeli buku maka bulan depan dia yang membeli. Setelah selesai dengan buku masing-masing kami saling bertukar bacaan untuk menghemat pengeluaran. Kadang dia mengajariku teknik bermain basket dan olahraga lain kesukaannya selain basket lalu aku membalas dengan mengajarinya matematika dan pelajaran lain yang sulit dipahami olehnya. Tak jarang pula kami membicarakan anak perempuan di kelas masing-masing yang begini lah yang begitu lah, tapi kami punya prinsip yang sama, belum mau berpacaran walau ada perbedaan latar belakang antara prinsipnya dengan prinsipku. Tahun terakhir masa-masa SMA kami lewati dengan susah payah penuh perjuangan demi bisa lulus dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Rasanya waktu begitu cepat berlalu hingga kami terpisah demi melanjutkan cita-cita masing-masing. Lama kami tak bertemu, kontak pun juga terputus. Satu setengah tahun yang lalu aku mendengar kabar dari salah satu teman SMA yang memberitahuku bahwa Ramadhan telah meninggal karena kecelakaan. Aku begitu terpukul dan menyesal tidak bisa datang saat pemakamanmu. Selamat jalan sobat. Semoga amal kebaikanmu di terima disisiNya.

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Sobatku Ramadhan

Catur (Bolosnya Developers 3)


Edo yang dari tadi diam saja membaca koran hanya sesekali menyimak permainan catur kami bila tiba-tiba suasana menjadi ramai sendiri oleh suara salah satu dari aku atau Lanang yang salah melangkah. Wahyu yang baru datang pun juga langsung menyimak sambil berkomentar ini itu. Setelah menjalankan beberapa bidak, putaran ketiga akhirnya selesai juga tentu saja masih dengan kemenangan dipihakku. Wahyu yang sudah geregetan dari tadi ingin menghajar telak kami semua mulai menantangku.
"Yang lain Yu, capek aku gak ada yang bisa ngalahin."
"Alaaah.. bilang aja gak berani. Takut kalah kan? Haha" Lanang berusaha memanaskan suasana agar dia bisa tertawa lepas ketika aku kalah.
"Ah, Nyol pengecut!" Muklis ikut-ikuan berkelakar.
"Hahaha.. terserah kalian pokoknya aku istirahat dulu."
"Ayo, siapa aja deh yang mau main." Wahyu masih menunggu seseorang menerima tantangan darinya.
Tanpa berlama-lama lagi Lanang segera memenuhi tantangan Wahyu. Satu-persatu pion mulai melangkah maju ke garis depan meninggalkan sang raja. Pertempuran pun tak bisa dihindari. Kuda mulai berlari kesana kemari sambil sesekali melompati bidak-bidak lain. Menteri pun tak mau hanya berdiam diri bersanding di samping sang raja tanpa menumpas pasukan lawan. Gajah yang telah menemukan celah juga mulai mengoyak pertahanan lawan. Beberapa bidak mulai tumbang. Raja yang ketakutan mulai berlindung di bawah naungan benteng setelah . Teknik dan cara Wahyu bermain menurutku adalah menebar ketakutan. Bagaimana tidak, dia tak begitu mempedulikan berapa banyak bidak yang berhasil dia singkirkan dari papan permainan tapi dia lebih mementingkan cara untuk bisa membunuh sang raja tanpa perlu menghabisi banyak bidak tak berdosa. Kalau dia dijadikan pengatur strategi dalam peperangan yang sesungguhnya sudah dipastikan sang raja tak akan bisa tidur nyenyak. Beda Wahyu beda pula Lanang, setelah terlihat bahwa dia sudah dalam posisi terjepit walau masih bisa melakukan beberapa langkah lagi, dia sudah menyerah sebelum Wahyu benar-benar berkata "Skak mat!!!"

Putaran keempat dijawarai oleh Wahyu sang pendatang baru. Hujan masih rintik-rintik dan waktu pun tak kami hiraukan. Aku mempersilahkan Muklis untuk bermain terlebih dahulu karena aku tau putaran ini tak kan butuh banyak waktu. Gaya bermain Muklis yang asal-asalan membuatku berkata padanya bahwa aku bisa menang mudah sambil menutup mata kalau bermain melawan dia. Setelah kekalahan Muklis maka kini tiba giliranku kembali tampil. Kalau kalian bertanya bagaimana dengan Edo? Kenapa kami tak memberi kesempatan dia untuk bermain? Dia masih sibuk membaca koran. Masih dengan percaya diri aku melangkahkan bidakku menuju awal kekalahan yang bertubi dari Wahyu.
"Persiapan Klis, kalau Nyol kalah kita tertawa bersama." Lanang berkata pada Muklis yang ada di samping kiriku.
"Oke.. sip!"
"Hahaha. Aku juga ikut!" Edo yang dari tadi hanya membaca koran mulai berkomentar.
Kurang ajar! Senang sekali mereka menertawakan kekalahanku, sial. Akhirnya aku kalah juga dari Wahyu. Piala kemenangan sudah tak bersamaku lagi. Yang lebih parah mereka bertiga tertawa bersama-sama. Sial sial sial!

Entah sudah jam berapa saat itu, tapi datang lagi satu teman kami, Faris. Aku dan Lanang bergantian menjadi bulan-bulanan si Wahyu. Setelah bosan kalah terus kami berdua berkomplot melawan Wahyu. One VS Two! Sejak kapan ada aturan permainan catur seperti itu? Hihihi, tentunya itu aturan yang kami berlakukan sendiri untuk permainan kami. Putaran pertama kami masih belum bisa berkonsentrasi karena belum mau bekerja sama mengatur strategi perang dengan baik yang berbuah kekalahan. Setelah itu kami mencoba melangkah bergantian. Tiga langkah bidak dimainkan Lanang lalu tiga langkah berikutnya aku yang memainkan. Kali ini aku mencoba berbuat lebih nekat. Selama masih ada menteri kami tak kan bisa menang dari Wahyu. Aku terus menyerang menteri miliknya walau harus kehilangan menteriku sendiri hingga tak ada jalan lain selain kami harus saling mengorbankan menteri masing-masing. Tanpa menteri serangan Wahyu tidak begitu ekstrim dan masih bisa ditanggulangi dengan kaburnya sang raja. Lanang yang melihat celah ini memanfaatkan kesempatan untuk menyepak beberapa pion keluar dari papan permainan agar tak tercipta menteri-menteri baru dari generasi penerus bangsa tersebut. Akhirnya kedudukan berbalik. Kami menang dari Wahyu dengan gemilang. Putaran berikutnya kami kalah lagi dan putaran terakhir berhasil kami amankan dengan kemenangan kami.
Bersambung...
Cerita selanjutnya adalah akhir dari kisah para pembolos ini. Jadi jangan sampai terlewatkan ya :D
*nama-nama bidak catur aku peroleh dari sini.
Baca Selengkapnya - Catur (Bolosnya Developers 3)

Ada Cinta di Hati

 Sinopsis:

"Aliana (Eriska Reinisa), Nadya (Wandha Dwi Utari) dan Riri (Kaditha Ayu) adalah tiga sahabat yang secara kebetulan mengalami bentrokan dengan kelompok sahabat lain, Pricille (Sandra Dewi), Katy (Yolanda Stefany) dan adik Katy, Tessa (Prameswari A.P.) gara-gara rebutan sebuah tas di pertokoan. Bentrok kecil ternyata berkembang menjadi persaingan sengit, mulai dari Pricille dan Aliana yang sama-sama berusaha supaya menjadi cewek yang dipanggil ke atas panggung oleh penyanyi Ello (Ello), sampai dengan persaingan profesional, karena ternyata Aliana dan Pricille yang baru mulai merintis karir sebagai model iklan adalah kompetitor dalam sebuah audisi model iklan shampoo.
Namun persaingan di antara kedua kelompok ini akhirnya mencair, berubah menjadi persahabatan. Tidak berhenti disitu, permasalahan juga terjadi di dalam persahabatan mereka. Mulai dari Ibu Nadya dan Iwan, pacar Nadya yang merasa khawatir teman-teman Nadya yang berasal dari keluarga berada akan memaksa Nadya untuk berusaha mengikuti gaya hidup mereka, hingga Katy yang memutuskan untuk pergi melanjutkan kuliah di Australia karena patah hati.
Tiga tahun berlalu Aliana dan Pricille sudah menjadi model terkenal, namun Pricille merasa Aliana selalu berada di atasnya. Hingga puncaknya, terungkap bahwa karir Aliana terancam hancur karena ulah Pricille. Selain itu, pernikahan Aliana pun terancam batal karena Jojo (Dimas Seto), tunangan Aliana ternyata adalah mantan pacar Katy yang membuatnya patah hati hingga meninggalkan Indonesia. Jojo pun bimbang, siapa yang akan ia pilih, apakah Katy atau Aliana? Apalagi Katy dan Aliana sama-sama tidak mau menyakiti perasaan satu sama lain."

 

Baru selesai nonton dan maunya langsung nulis komentar nih :). Aku akuin kalau film televisi yang satu ini bagus banget. Gimana gak bagus coba kalo sutradaranya aja Rudi Soedjarwo. Belum lagi cerita yang disuguhkan ditambah akting para pemeran yang memang gak main-main. Yang kurang aku suka dari semua film Indonesia belakangan ini adalah gaya pakaian yang terlalu seksi. Cukup sekian komentar dariku. Maju terus dunia perfilman Indonesia! :D

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Ada Cinta di Hati

Perjalanan Menuju Dunia Baru

Tadi pagi aku baru bisa memejamkan mataku pukul dua lebih seperempat setelah rampung menamatkan bacaan bagus karya Nh. Dini yang berjudul Langit dan Bumi Sahabat Kami. Begitu tersadar aku tak tau jam berapa saat itu. Yang aku ingat adalah aku ikut barisan para laki-laki untuk naik ke sebuah kapal. Disana kami bahu membahu dalam segala hal; mulai dari membersihkan kapal, menangkap ikan untuk lauk saat makan, dan masih banyak lagi. Rombongan demi rombongan mulai turun di kota pelabuhan tujuan masing-masing hingga di dalam kapal hanya tinggal segelintir orang saja yang tersisa. Aku tak tau akan turun di mana, tapi aku yakin sekali bahwa tujuanku adalah kota terakhir tempat berlabuh dari kapal yang sedang kami tumpangi ini. Hari berganti dengan begitu cepatnya namun tujuanku belum juga kunjung terlihat. Sore ini bintang-bintang memperlihatkan keindahannya walau bulan hanya tinggal setengahnya saja tak ada awan yang menutupi dan laut begitu tenang. Aku menyimpan surat-surat yang aku sendiri tak tau siapa pengirimnya. Aku membaca lagi salah satu dari surat itu malam ini. Surat yang isinya merupakan potongan-potongan kecil kata yang di gunting rapi lalu dirangkai menjadi beberapa kalimat indah yang selalu membuatku rindu.

"Kau mau kemana bocah?" seorang pria paruh baya berjenggot putih tebal dan berbadan kekar yang biasa aku panggil Pak Jenggot ini begitu tertarik denganku akhir-akhir ini setelah kehilangan banyak teman ngobrol yang sudah turun dari kapal tiba-tiba mengagetkanku.
"Tidak tau Pak, aku mau turun di pemberhentian terakhir."
"Apa kau mau mati hah?" dia memicingkan matanya, "sebaiknya kau segera turun, lima hari lagi mungkin kita sudah sampai di pelabuhan berikutnya."  dia berkata dengan tegas kepadaku lalu pergi begitu saja.

Aku tak tau mengapa dia begitu marah, ada apa di pemberhentian terakhir? Semakin memikirkannya semakin bulat tekadku ingin pergi kesana. Penghuni kapal tinggal selusin orang saja, aku menghabiskan waktu yang tersisa untuk berbincang dengan teman baikku selama di kapal ini. Rencananya dia akan meninggalkan kapal ini di kota pelabuhan yang akan segera kami singgahi empat hari lagi dan dia rasa Pak Jenggot juga akan turun disana. Berkali-kali dia juga berusaha membujukku untuk ikut turun bersamanya tapi aku tetap saja kukuh dengan tujuanku turun di kota labuhan terakhir. Empat hari sudah berlalu, tinggal beberapa jam lagi lima orang akan segera meninggalkan kami termasuk teman baikku Joni dan juga Pak Jenggot.

 

Tujuh orang termasuk aku, beserta seorang Kapten kapal masih berlayar menuju dunia baru. Pulau-pulau mulai terlihat di siang hari dan digantikan dengan cahaya lampu mercusuar di malam hari. Tinggal beberapa hari lagi aku akan sampai di tempat tujuanku. Kapten menyuruh kami untuk segera berkemas dan membersihkan sisa sampah yang masih berserakan sebelum kami benar-benar meninggalkan kapal yang  sudah hampir membawaku selama kurang lebih 4 bulan ini.
Pagi ini aku terbangun karena dikejutkan dengan peringatan dari teman-teman untuk mengamankan diri dan segera mengambil apa saja untuk dijadikan senjata. Ada apa ini? Aku tak ingin jadi satu-satunya yang tak bersenjata dan segera bergegas mencari apa saja sebagai perlindungan untuk diri sendiri. Sambil berlari di belakang Bang Rosi aku yang melihat dayung di belakang pintu segera menyambarnya dan kembali mengikutinya menuju buritan.

"Cepat anak muda!" usai mendorongku ke sebuah ruangan bersama teman-teman yang lain, Kapten bersama Bang Rosi kembali meninggalkan kami.

Ternyata semua orang sudah berkumpul, akulah orang yang terakhir bergabung dalam ruangan itu. Aku mendengar suara orang bersitegang tapi mereka berbicara dengan bahasa apa entahlah aku tak tau. Suara langkah kaki yang semakin mendekat membuat jantungku juga semakin berdegup kencang. Tiba-tiba senapan membombardir tempat kami berlindung.

"Tiaraaaap!!!"

Kami semua yang hanya bersenjata benda tumpul yang keras tak berkutik dan hanya bisa menunduk kaku menunggu mereka masuk dan menghabisi nyawa kami satu persatu. Benar-benar mengerikan, apa yang dibilang Pak Jenggot ternyata bukan main-main. Dunia baru yang aku impikan ternyata begitu ganas. Apakah nyawaku akan berakhir begitu saja di sini? Tanpa pernah menginjakkan kaki di dunia baru? Braak! Pintu terbuka dan aku melihat seseorang bersenjata siap meletus sedang mengarahkan ujung senjatannya pada kami yang meringkuk di lantai bagai tikus.

"Agung Satrio!"
Deg... Jantungku serasa berhenti berdetak.
"Siapa diantara kalian yang bernama Agung Satrio!"

Aku tak berani melihat orang itu, tapi pandangan teman-teman yang mengarah padaku membuat orang itu mendekat padaku lalu bertanya, "Kau yang bernama Agung Satrio?"

Sambil berdiri karena dia menarik lengan kiriku, aku yang ketakutan setengah mati hanya bisa menganggukkan kepala.

"Bagus! Ayo ikut aku."

Dia berjalan begitu cepat dan menghilang tanpa mempedulikanku, aku rasa dia pasti begitu yakin bahwa aku pasti akan mengikutinya. Sempat terlintas dibenakku secepatnya lari ke bagian belakang kapal lalu terjun ke lautan, tapi aku tak mau membahayakan nyawa teman-teman awak kapal yang sudah seperti keluargaku sendiri. Sebelum aku meninggalkan ruangan yang bau amis ini mereka mendoakan agar aku baik-baik saja, aku mengamini dalam hati. Aku yang tengah risau hanya bisa tersenyum meniggalkan mereka.

 

Aku sempat melihat Bang Rosi bersama dengan Kapten masih berada di ruang besar dengan penjagaan tentara-tentara asing ini. Begitu turun dari kapal aku langsung dibawa oleh mereka menggunakan mobil dengan mengikat kedua tanganku terlebih dahulu ke sebuah gedung bagus di pusat kota. Syukurlah, aku masih bisa sedikit bernafas lega karena mereka tidak atau lebih tepatnya belum mau membunuhku. Aku ditempatkan di sebuah ruangan kecil sendirian tanpa diberi makan hingga aku lelah sendiri dan terkantuk. Duuuar!!! Semua rasa kantukku lenyap begitu saja setelah mendengar ledakan hebat barusan. Apa gerangan yang terjadi? Lorong di depan ruang kecil tempat aku ditahan tiba-tiba begitu ramai. Aku ketakutan dan lari menuju pintu. Aku putar gagang pintu, oh, ternyata pintu terbuka begitu saja. Aku pun mengikuti orang yang berlalu lalang yang berlari menuju pintu keluar.

Begitu terkejutnya aku ketika melihat ke angkasa melalui jendela. Superman! Dalam ukuran raksasa!!! Suara yang benar-benar bising terdengar dari sisi lain lalu tiba-tiba muncul monster raksasa. Ya Allah, ada di mana aku ini??? Aku mencubiti pipiku keras-keras. Kalau menurut kepercayaan orang, mencubit pipi lalu terasa sakit maka itu bukan mimpi. Kalau begitu seperti ini kah dunia baru yang sesungguhnya? Aku benar-benar bingung tapi tetap berlari bersama orang-orang untuk segera keluar dari gedung ini. Ternyata pintu keluar yang kami tuju adalah pintu belakang. Entah masih bertarung atau sudah selesaikah Superman yang berukuran raksasa itu dengan monster yang baru saja keluar dari perut bumi tadi. Aku masih berlari hingga sampai di jalan besar. Orang-orang sudah menghilang menyelamatkan dirinya masing-masing. Masih terengah-engah aku melihat ada barisan pasukan pengibar bendera sedang berjalan beriringan menurut posisinya menuju ke arahku. Dalam keadaan seperti ini masih berlatih paskib? Ah, sudahlah. Aku menyelinap menjadi satu dalam barisan mereka. Sungguh tak bisa dipercaya, aku masih bertanya-tanya dalam hati sebenarnya ada dimana aku ini? Sambil mengamati wajah orang-orang disekelilingku saat ini, rupa-rupanya aku menemukan seseorang yang kukenal dibarisan yang ada tak jauh di belakangku. Begitu senangnya bisa bertemu kembali dengannya, Arifah.

Aku memperlambat langkahku agar aku bisa berjalan sejajar dengannya, tapi begitu kami sejajar, dia langsung memberiku bendera beserta tiangnya padaku untuk diletakkan di pundak seperti yang lain. Aku menerimanya walau tak mengerti apa maksudnya. Di samping barisan kami ada seorang juru foto yang dari tadi membidikkan kameranya pada kami yang tengah berjalan dalam barisan yang rapi. Selagi kameranya tak menutupi wajahnya lagi-lagi aku terkejut. Aku juga mengenal orang itu. Dia kakak kelasku waktu SD dan juga SMP, bahkan dia juga kakak dari temanku. Apa dunia baru adalah kampung halamanku? Latihan baris-berbaris telah usai. Ketika aku mau menemui Arifah, dia hanya tersenyum lalu memberiku sebuah buku yang bagus sekali sampulnya. Lalu dia menghilang dari pandanganku. Aku yang yakin bahwa dunia yang baru beberapa saat aku pijak ini adalah kampung halamanku kembali berjalan melangkahkan kaki kemana saja mengikuti kata hati. Tidak beberapa lama aku mendengar suara anak-anak yang sedang bermain, suara ini terdengar begitu akrab di telingaku. Ketika aku mengikuti asal suara itu ternyata aku sudah tiba dirumah. Itu adalah suara Nanda dan Ninda yang sedang bermain. Senangnya hatiku, akhirnya aku selamat sampai tujuan :)
Aku terbangun dari mimpi indahku ketika waktu subuh hampir tiba.

 

Surabaya, 9 Januari 2011

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Perjalanan Menuju Dunia Baru

Lanang Wish: Hujan Jangan Berhenti (Bolosnya Developers 2)

"Penuh mas." penjaga warnet mengira kalau kami mau menyewa komputer.
"Nyari temen kok mas." lalu Muklis menjawab.

Sudah belasan kali rasanya aku memasuki warnet yang satu ini. Terakhir ke sini koneksi internet mati beberapa saat lamanya, hingga membuatku malas memainkan lagi komputer sewaanku. Kami mencari keberadaan mereka berdua mulai dari meja nomor 1 yang berada di dekat meja penjaga lurus ke belakang menuju area lesehan yang berada paling ujung. Aha, kami menemukan mereka terselip di dua meja area lesehan, Muklis bergabung dengan Lanang di meja nomor 8 lalu aku sendiri bergabung dengan Edo yang berhadapan tepat di depan mereka di meja nomor 9. Kalian tau apa yang biasa kami kerjakan kalau ke warnet? Bagi kami warnet bukanlah tempat untuk mencari informasi untuk melengkapi tugas-tugas kuliah tetapi untuk bermain game facebook.

Begitu waktu paket sewaan mereka habis tepat pukul 12, aku dan Muklis menitipkan barang bawaan kami pada mereka lalu segera menuju ke masjid yang berada tak jauh dari warnet untuk sholat Jumat. Aku lupa khotib berkutbah tentang apa karena tak berapa lama setelah aku selesai wudhu dan menuju ke lantai 2 mencari tempat kosong untuk sholat tahiyatul masjid, khotib sudah berada pada bagian akhir kutbah pertama yang disambung dengan doa dan sholat pun dimulai setelah kutbah kedua beserta doanya juga sudah disampaikan. Selesai sholat aku langsung mencari tempat nyaman untuk memakai sepatuku. Muklis yang berhasil menemukanku sebenarnya juga ingin memakai sepatunya di bangku yang ada di sebelah kanan bangku yang sedang aku duduki saat ini, tapi sayangnya di sana sudah ada orang lain yang menempati.

"Pakai di rumah Lanang aja, Nyol." dia berusaha melancarkan bujuk rayunya.
"Malas ah. Di sini aja." aku yang tak terpengaruh menjawabnya sambil memakai sepatu sebelah kanan.

Muklis yang gelisah mulai meninggalkanku sambil melirik sesaat masih dengan harapan agar aku mau jalan bersamanya. Saat orang di bangku sebelah mulai beranjak dari tempatnya ternyata Muklis berputar dan segera mengisi bangku kosong di sebelahku. Hihihi, dasar Muklis. Selesai memakai sepatu masing-masing akhirnya kami pun kembali ke rumah Lanang ditemani gerimis yang datang tiba-tiba sambil berlari-lari kecil.

Masih ada sisa waktu setengah jam lagi sebelum masuk. Baru aku mau mengambil dan membaca koran Jawa Pos hari ini tapi Lanang menantangku bermain catur. Demi memberinya kekalahan telak aku pun mengabulkan tantangannya :D. Sambil bermain tak lupa pula dia terus berkata dan memohon agar hujan jangan berhenti. Putaran pertama tak begitu lama ku habiskan tentu saja dengan kemenangan di pihakku. Muklis pun mengambil alih putaran kedua melawanku tapi ternyata tak terasa karena begitu cepatnya dia kalah. Hahaha, senang sekali melihat ekspresi kekalahan mereka dariku :P. Lanang yang masih belum menyerah kembali menantangku untuk kedua kalinya. Kali ini lebih lama karena disela-sela permainan dia juga sedang sibuk ber-SMS. Belum berakhir putaran ketiga ini Wahyu pun datang masih di temani hujan yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

Bersambung...

Makin sedikit aja nih ceritanya hehehe... Suka-suka yang bikin :P

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Lanang Wish: Hujan Jangan Berhenti (Bolosnya Developers 2)

Plat Artistik (Bolosnya Developers 1)

Sebelum bercerita aku mau menyampaikan permohonan maaf terlebih dahulu pada Bu Lufi dosenku karena "kami" mahasiswa developer tadi siang membolos berjamaah.

 

Hari ini hari Jumat, hari yang biasanya libur tak ada kuliah ini terpaksa membuat kami meliburkan sendiri jadwal kuliah yang telah direncanakan dosen kami. Sekitar jam sepuluh lebih beberapa menit Muklis datang ke rumah untuk menjemputku kuliah pagi ini. Begitu selesai mandi dan berpakaian aku pun segera mengajaknya berangkat ke rumah Lanang. Jika masuk siang seperti hari ini kami biasa berkumpul di rumah Lanang terlebih dahulu yang sudah menjadi basecamp walau tak pernah tertulis secara sah. Jalanan Surabaya yang makin hari kian penuh dengan kendaraan bermotor ini membuat perjalanan menuju rumah Lanang terasa lumayan jauh karena kemacetannya. Kalian tau jalan Dr. Soetomo? Kedubes Amerika Serikat? Jika kalian melewati jalan itu mulai pagi hari hingga sore hari atau bisa saja 20 jam per hari dari arah Diponegoro menuju Dinoyo maka aku bisa menjamin bahwa kalian bisa terjebak lampu lalu lintas selama dua putaran lampu merah kalau mengendarai sepeda motor bahkan bisa lebih jika kalian mengendarai mobil. Saat menunggu lampu hijau di pertigaan Polisi Istimewa - Dinoyo, aku menemukan topik pembicaraan bagus dengan Muklis. Aku melihat plat nomor bagian belakang dari sepeda motor di depan kami terbuat dari seng berwarna putih yang nomor kendaraannya ditulis sendiri dengan menggunakan coretan-coretan pulpen hitam.

"Liat deh plat motor di depan itu." aku berkata pada Muklis sambil menunjuk motor di depan kami yang dikendarai oleh seorang cewek, "Hihihi..."
 "Wah plat motor tren 2011 tuh, hehehe."

Lampu merah sudah padam maka itu artinya waktunya sepeda motor kami melaju.

Kami belum selesai membicarakan plat nomor tadi setelah mengetahui bahwa plat bagian depan ternyata tak sama dengan plat artistik dibagian belakang. Sambil menerka-nerka mengapa plat belakang bisa jadi seperti itu, Muklis pun berkata, "Aku baru ingat Nyol, dia itu sudah memacu motornya bersama dengan kita sejak masih berada di jalanan rumahmu!"
"Hah??? Bener nih? Apa dia temenku ya? Kalau liat dari motornya sih kayaknya iya." aku yang penasaran menyuruh Muklis memacu kendaraannya agar lebih mendekat dengan si plat artistik.

Ketika motor kami sudah sejajar aku sempat mengamati penunggang plat artistik namun aku tak begitu mengenalinya karena kaca helm serta masker menutupi wajahnya. Sampai akhirnya kami kehilangan dia karena kegesitannya berkendara menerobos lampu lalu lintas yang telah menunjukkan warna darah.

Begitu tiba di rumah Lanang Papanya memberi tau kami kalau Lanang dan Edo lagi asyik nongkrong di warnet langganan dekat rumahnya. Kami pun tak mau ketinggalan dan segera menyusul mereka berdua.

Bersambung...

 

Cerita ini masih jauh dari kata TAMAT, jadi jangan lupa baca lanjutannya ya karena masih ada beberapa tokoh baru, teman-teman kuliah yang belum pernah aku ceritakan di blog ini akan bermunculan! Stay tune! ;)

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Plat Artistik (Bolosnya Developers 1)

Cahaya Hidupku

Semoga hari ini akan menjadi salah satu hari terindah yang pernah aku alami
Jantungku berdegup kencang ketika tangan dokter Irfan perlahan-lahan membuka perban yang sudah seminggu ini senantiasa menutup kedua bola mataku. Mata ini masih terpejam, tapi aku bisa melihat sesuatu.. cahaya? Apa ini yang namanya cahaya?
"Silakan buka matamu, Putri."
Perlahan-lahan aku mulai membuka mataku. Terang sekali.
Siapa orang di depanku ini? Aku menatap orang berkaca mata itu lekat-lekat.
"Dokter... Irfan."
"Iya Putri." dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya padaku. "Selamat ya, sekarang kamu sudah bisa melihat."
Aku menjabat tangannya, "Terima kasih, dokter."
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah karena kau telah memberikan anugerah terindah yang belum pernah aku rasakan sejak aku lahir di dunia ini. Aku benar-benar beruntung karena dipilih oleh dokter Irfan sebagai penerima donor mata dari istrinya yang belum lama meninggal karena penyakitnya. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, beliau sempat berpesan pada dokter Irfan agar kedua bola matanya di donorkan pada orang yang tidak bisa melihat. Karena itulah beliau mengoperasi dan menyembuhkan mataku yang tidak bisa melihat sejak lahir. Sebelum bertemu dengan dokter Irfan, aku hanyalah salah satu anak yang menghuni panti asuhan Pelangi. Aku ditinggalkan di depan pintu panti asuhan oleh ibuku ketika aku masih berumur bulanan. Ibu Kasih, penjaga dan pengurus panti asuhan merawat kami anak-anak panti dengan penuh kasih sayang bagaikan merawat anaknya sendiri.

Sudah seminggu aku tinggal bersama dokter Irfan tapi aku belum juga terbiasa memanggil dokter Irfan dengan sebutan ayah. Dokter Irfan begitu menyayangiku. Aku menghabiskan hariku bersama Bi Ijah kalau dokter Irfan belum pulang. Aku selalu bertanya tentang segala sesuatu yang belum pernah aku lihat pada Bi Ijah. Sore itu aku dan Bi Ijah menunggu dokter Irfan pulang sambil bermain-main di kebun depan.
"Itu apa Bi?" aku menunjuk pada serangga yang terbang diantara bunga-bunga.
"Itu namanya kupu-kupu non."
"Cantik ya Bi."
"Iya, cantik kayak non Putri."
Tak lama kemudian dokter Irfan pun sudah tiba di rumah. Saat makan malam dokter Irfan bertanya, apa aku senang tinggal bersamanya? Tentu saja aku senang. Beliau mengajakku untuk main ke panti besok pagi. Aku yang kini sudah bisa melihat tentu amat senang main kesana.

Aku begitu terharu hingga air mataku menetes begitu saja saat melihat sendiri seperti apakah bentuk dari tempat aku dibesarkan selama ini. Kini aku tau wajah dari teman-temanku anak panti, biasanya aku hanya mengenal mereka dari suaranya. Selama disana aku melihat dokter Irfan sedang berbicara dengan Ibu Kasih sedangkan aku sendiri asyik bermain dengan teman-teman. Waktu terasa begitu cepat disini hingga aku lupa bahwa hari sudah siang. Sebelum berpamitan dengan teman-teman Ibu Kasih menasihatiku agar aku tidak nakal di rumah dan mulai menganggap dokter Irfan sebagai Ayahku sendiri. Aku yang merenungkan kembali perkataan Bu Kasih mulai mencoba memanggil dokter Irfan, Ayah. Pertama kali mendengarku memanggilnya Ayah, beliau tampak begitu senang bahkan langsung memberiku hadiah es krim coklat kesukaanku. Ayah mulai merencanakan masa depanku dengan menyekolahkanku. Beliau memilih home school terbaik untukku. Tiada yang pernah dilewatkan Ayah begitu saja tentang perkembanganku. Dia ingin hidupku penuh dengan kebahagiaan. Aku benar-benar bersyukur memiliki Ayah seperti dokter Irfan, beliau adalah cahaya penerang dalam hidupku.
Hikmah:
Tuhan selalu memberikan yang terbaik pada setiap hambaNya.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Berhikmah di BlogCamp.
Baca Selengkapnya - Cahaya Hidupku

Burung Dalam Sangkar

I want to lead my life to the absolute what I can be
To feel the wind
To touch the star
...
Life is an adventures 

 

Tiap kali mendengar kalimat dari sebuah iklan susu anak diatas aku selalu menirukannya dan yang ku hafal hanya empat baris tersebut :D hehe. Hidup adalah petualangan, benarkah seperti itu adanya?

Manusia adalah khalifah di bumi, pemimpin dari semua makhluk ciptaan Tuhan. Apa kamu sudah menemukan arti dari hidupmu? Kadang aku berpikir sebenarnya untuk apa manusia itu hidup. Apakah yang dinamakan hidup itu hanya melakukan aktivitas yang selalu kita jalani tiap harinya? Bekerja, beribadah, belajar, bermain, bersantai, dan masih banyak lagi. Jika memang seperti itu yang dinamakan hidup maka sekarang aku ada di titik jenuh dalam menjalani kehidupanku. Kehidupan yang aku lakukan selama satu setengah tahun ini tak semenarik dahulu ketika masih duduk di bangku sekolah. Kegiatan yang sama diselingi obrolan yang sama dengan orang-orang yang sama juga tempat yang itu-itu saja. Bayangkan dan rasakan jika kamu yang terbiasa bergaul dengan banyak orang sekarang ditempatkan dalam pergaulan dengan selusin orang saja, kamu yang terbiasa bertukar pikiran tentang segala hal sekarang terfokus pada satu sudut, kamu yang terbiasa berkeliaran di tempat luas dikurung dalam satu ruangan yang tak pernah berubah tata letaknya 1 meter pun. Sampai saat ini aku masih melakukan pelampiasan atas kejenuhanku dengan membaca dan menulis serta tak begitu memusingkan tugas kuliah yang selalu menumpuk tak terselesaikan dengan bagus. Hidupku saat ini tak ubahnya burung dalam sangkar.

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Burung Dalam Sangkar

Aku Mau Potong Rambut!

"Aku mau potong rambuuuuuuut!" teriak Ninda si bungsu dengan penuh amarah.

Sejak melihat kakak keduaku yang pulang ke rumah dengan potongan rambut baru anak ini tak henti-hentinya merengek pada ibunya yang merupakan kakak tertuaku untuk segera mengantarnya ke tempat orang merapikan rambut. Dasar anak kecil, kalau sudah maunya tidak akan mau walau dibujuk dengan cara apapun juga. Beda dengan kakaknya, Nanda. Walau mereka kembar tapi Nanda masih bisa dibujuk. Ibunya berjanji akan mengajak mereka berdua ke salon besok sore. Walau masih menggerutu akhirnya anak itu diam juga dengan sendirinya setelah ibu dan ayahnya pulang. Dua keponakan kembarku ini memang tinggal di rumah orangtuaku, karena ibu dan ayahnya bekerja maka mereka disekolahkan disini. Mereka baru diajak pulang pada hari Sabtu sampai Minggu juga liburan sekolah. Si bungsu Ninda memang maunya menang sendiri dan kakaknya Nanda terkadang harus mengalah padanya. Jika sedang berebut mainan terkadang mereka juga sering bertengkar yang pada ujungnya salah satu pasti ada yang menangis karena tidak memperolah mainan yang diinginkan. Kalau mereka tidak ada dirumah rasanya ada yang kurang pas.

"Mbak, aku mau potong kayak mbak Dwi." lagi-lagi Ninda merajuk pada kakakku.
"Iya, besok ke salon sama ibumu."
"Gak mau. Sekarang!"
"Sekarang itu waktunya tidur. Salonnya sudah tutup."
"Hm... mesti."

 Ketika semua sudah terlelap kedua anak yang sudah biasa tidur malam ini mulai melakukan aksinya. Di depan cermin mereka telah mempersiapkan peralatan ajaib mereka. Menurut penuturan Nanda sih, kejadiannya seperti ini.

"Aku mau potong rambutku sendiri kak." si bungsu yang tengah bercermin sambil menyisir rambut mulai menuturkan rencananya pada sang kakak.
"Jangan dik, nanti jelek."
"Bagus kok."

Karena begitu penasaran dengan apa yang dilakukan adiknya ini Nanda hanya melihat di sampingnya. Sekarang sisir sudah tergeletak di lantai dan benda berujung logam tajam yang biasa digunakan untuk memotong kertas oleh mereka berdua telah mantap di dalam genggaman si bungsu. Kres kres kres. Sehelai demi sehelai rambut si bungsu mulai berguguran. Sang kakak yang berada di sampingnya hanya mengingatkan tapi lupa untuk memberi tau aku atau pun orang-orang yang ada di rumah.

"Ayo kak aku potong sekalian." si bungsu mulai membujuk sang kakak. Tanpa menunggu jawaban dia langsung memainkan benda ajaibnya itu pada sisi kiri rambut kakaknya.
"Jangan dik, nanti di marahin mas Yayan." Nanda yang mulai tersadar dan tidak mau rambutnya jadi jelek seperti rambut adiknya yang sudah mulai tak berbentuk mencoba menghindari benda ajaib adiknya.
"Ya sudah kalau gak mau." dia meneruskan lagi usahanya untuk memotong rambutnya supaya terlihat seperti rambut tantenya, kakakku.

Setelah tersadar bahwa rambutnya tak bisa seperti rambut kakakku malah terlihat begitu mengerikan, akhirnya dia membangunkan kakeknya. Bapakku yang terbangun dari mimpi indahnya begitu kaget dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat cucunya yang satu ini. Dasar anak bandel tidak mau menuruti perkataan ibunya hihihi jadi begini deh akhirnya. Setelah berganti pakaian mereka berdua pun tidur. Dan keesokan paginya begitu anak itu sudah bangun, bapakku langsung merapikan rambutnya yang tidak karuan menjadi potongan rambut anak laki-laki karena memang sudah tidak bisa lagi di bentuk menjadi potongan model rambut anak perempuan. Para tetangga pun yang melihatnya tadi pagi juga terheran-heran, karena kemarin waktu mainan masih panjang rambutnya. Saat mau berangkat ke sekolah pun dia jadi uring-uringan dan tidak mau ke sekolah.

"Ayo sekolah." bujuk ibuku padanya.
"Iya dik ayo sekolah." kakaknya pun ikut mengajaknya berangkat sekolah.
"Gak mau rambutku jelek." si bungsu menjawab sambil nangis dan berbaring di kursi.

Setelah lumayan lama dibujuk akhirnya berangkat juga dia ke sekolah. Menurut cerita ibuku yang mengantarkannya sekolah karena tak mau berangkat kalau hanya berdua dengan kakaknya, gurunya memujinya cantik dan dia pun tak jadi malu di sekolah :).

 

Hihihi.. kalau ingat kejadian ini selalu membuatku tertawa :lol:. Kejadian ini sudah lama berlalu ketika mereka berdua masih TK kecil, tapi aku baru sempat menuliskan kisahnya sekarang :P.

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Aku Mau Potong Rambut!

Latihan Bikin Cerita Fiksi (Bang Roy 3)

Semalam aku sudah mempersiapkan sepedaku dengan baik agar terhindar dari kemungkinan yang tidak diinginkan karena rencananya kami akan berkeliling di pusat kota. Selepas sholat subuh, aku melihat bang Roy yang sudah begitu siap dengan perlengkapan tempurnya lengkap. Aku yang tak mau ketinggalan segera berpamitan pada Ibu dan Bapak. Pukul 5 tepat kami mulai mengayuh sepeda menuju pusat kota yang masih gelap. Menyapa beberapa orang yang tengah olah raga pagi maupun akan pergi ke pasar. Begitu memasuki jalan raya kami juga bertemu dengan para pengendara sepeda lain dan kami pun bergabung bersama mereka menuju kota. Minggu pagi memang enak buat bersepeda, selain jalanan tidak macet seperti hari biasa banyak orang juga yang menyempatkan hari Minggunya itu untuk melancong ke taman-taman kota.

Setelah lelah bersepeda keliling kota, kami pun menuju taman bunga yang ada di jalan Sam Ratulangi. Sungguh begitu ramai taman itu ketika kami tiba. Tepat di tengah-tengah aku melihat beberapa orang sedang melakukan senam aerobik bersama yang dipimpin oleh seorang instruktur. Lain lagi di sebelah selatan, disana banyak anak kecil yang sedang bermain-main karena memang kawasan itu adalah area anak yang terdapat banyak macam permainan. Di sebelah timur adalah tempat bersantai bagi sebagian orang setelah capek berolahraga yang menyuguhkan berbagai macam makanan dan minuman. Lalu disisi utara hingga ke barat adalah tempat terindah yang menjadi rujukan nama dari taman itu. Barisan bunga berjajar rapi mulai dari mawar, melati, bunga sepatu, dan masih banyak lagi. Disana banyak juga anak kecil yang asyik berlarian ingin menangkap kupu-kupu, ada juga satu dua orang yang sedang bergaya di depan seorang tukang foto keliling, dan tidak ketinggalan juga banyak muda-mudi yang berjalan dengan formasi dua orang bergandengan tangan satu sama lain, yang satu tertawa lepas mendengar lelucon dari yang lain.

Disana aku ditraktir makan bakso Malang yang rasanya memang mak nyus. Bang Roy mulai bercerita tentang kekasihnya Tia yang menikah dengan orang lain hingga membuatnya begitu terpukul. Aku menyimak setiap kata yang keluar dari isi hatinya. Dia tidak tau harus berbuat apa setelah mendengar kejadian itu.

"Rasanya ingin mati saja Rid." matanya yang bulat memandangku lekat-lekat.
"Istighfar bang. Mungkin kak Tia bukan jodoh abang, Allah tau yang terbaik buat abang." aku mencoba menghiburnya.

Setelah puas bercerita tentang rasa sakit yang selama ini dikuburnya dalam-dalam padaku, kami pun kembali mengayuh sepeda kembali ke rumah.

 

Oke.. sepertinya gini aja deh akhir ceritanya :cry:. Aku gak tau mau dikasih konflik seperti apa. Dan lagi sepertinya aku memang gak pandai merangkai kata deh :(. Lain kali deh bikin cerita lagi yang lebih seru :P.

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Latihan Bikin Cerita Fiksi (Bang Roy 3)

Latihan Bikin Cerita Fiksi (Bang Roy 2)

Belum juga aku sampai di dekatnya tiba-tiba gerombolan anak nakal berlari menuju bang Roy lalu berteriak-teriak kencang, "Orang gilaaa.. orang gilaaaa..."

Aku yang jadi naik darah melihat ulah mereka berlari kesana ingin memberi mereka pelajaran, namun bang Roy sudah menakut-nakuti mereka. Tiga anak berlari ke arah kanan menuju gang kecil dan yang lain berlari ke arah kiri masuk ke salah satu rumah yang mungkin tempat tinggal salah satu dari mereka. Bang Roy yang mengetahui aku ada tepat di belakangnya tersenyum dan menungguku untuk melangkah pulang bersamanya.

"Tadi kenapa bang?" 
"Biasa anak-anak nakal." Dia menjawab sambil tersenyum simpul.

Syukurlah, ternyata bang Roy tidak benar-benar marah. Aku semakin yakin bahwa bang Roy memang tidak gila, dia hanya mengalami sedikit stres yang membuatnya berperilaku sedikit nyleneh hingga melakukan usaha bunuh diri itu. Ini lah bang Roy yang aku kenal selama ini, bang Roy yang murah senyum. Sesampainya di rumah aku bercerita pada Ibu tentang keadaan bang Roy yang sudah membaik seperti dulu lagi. Ibu senang mendengarnya dan menyuruhku memberikan oleh-oleh yang kemarin dibawakan oleh paman dari desa pada bang Roy.

"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." jawab bi Inem dengan suara cempreng yang begitu keras.
Aku bertanya pada bi Inem, "Bang Roy ada bi? Ini mau aku kasih oleh-oleh Wingko Babat dari pamanku."
"Ada den, tunggu sebentar ya. Oh iya, oleh-olehnya biar bibi aja yang bawain." bi Inem pun masuk kembali ke dalam rumah bersama oleh-oleh yang ku bawa.

Tak sampai satu menit bang Roy sudah ada di depanku. Dia mengajakku untuk ngobrol di tempat yang biasa dia gunakan untuk melamun sebelum dia kembali menjadi ceria seperti sekarang. Sambil makan oleh-oleh yang kubawakan bang Roy mulai bercerita.

"Enak banget Rid. Beli dimana?"
"Oleh-oleh dari paman bang."
"Oh... makasih ya."
"Iya bang sama-sama."

Di akhir pembicaraan bang Roy mengajakku bersepeda hari Minggu besok. Aku langsung saja mengiyakan ajakannya karena memang sudah lama kami tak bersepeda bersama.

Bersambung...

 

Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit

Fiuuuuh... cerita selanjutnya gimana lagi ya enaknya??? Tauk deh pikir ntar aja :P.

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Latihan Bikin Cerita Fiksi (Bang Roy 2)