Path Facebook Instagram Twitter Google+

Impian Itu Kembali Memancarkan Sinarnya

Malam itu aku tengah menyendiri dalam kamar kos sambil membaca sebuah novel berjenis roman. Sesekali juga tak lupa menengok layar monitor notebook yang sedari tadi kubiarkan menyala. Alunan lembut dari lagu yang ku mainkan juga menemani kesejukan malam. Tanpa terasa kesendirianku menekuri rangkaian kata yang membentuk sebuah epik cerita dalam roman tersebut telah berlangsung dua setengah jam. Aku memutuskan untuk rehat lalu keluar kamar sejenak menyapa dan berbasa-basi dengan penghuni kamar yang lain.

Begitu kembali ke kamar aku menemukan halaman facebook di monitor berkedip. Yuli, teman SMP? Tumben sekali. Sebelumnya aku memang pernah bertukar kabar dengannya melalui sms singkat. Jauh sebelum aku hidup di sini dan sebelum lulus SMA. Itupun hanya saling bertukar informasi ingin kuliah dimana, bersama siapa dan hal kecil lainnya. Selepas itu tak pernah lagi kami berkirim kabar apalagi bertemu.

Dia membuka percakapan melalui jaringan internet itu dengan sebuah pertanyaan, "Gung, wes skripsi a?" Setelah terputusnya arus informasi tentang kabar masing-masing. Apa gerangan yang membuatnya langsung melontarkan pertanyaan tentang skripsi padaku? Aku tersenyum saja. Rupanya kami memang telah lama tidak berkomunikasi. Langsung saja aku jelaskan padanya bahwa kini aku masih menempuh semester ketiga. Awalnya dia heran dan bertanya labih rinci tentang maksud penjelasanku barusan. Menurut ingatannya dulu aku pernah berkata bahwa aku seangkatan dengannya. Aku kembali mengingat rangkaian pertemuanku dengannya selepas SMP. Lalu secuil kejadian berhasil kuingat di benakku. Beberapa waktu lalu aku dan dia memang pernah bertemu lagi. Dua kali malah. Bersama teman-teman SMP yang lainnya juga. Mungkin saat itulah kami bertukar informasi.

Dengan cuek aku mengakui bahwa sebelum pindah ke sini aku pernah kuliah juga di Surabaya. Tanpa menunggu dia bertanya lebih jauh aku mengalihkan topik karena kurasa perbincangan tentang hal itu akan membosankan. Usai meminta nomor ponsel miliknya aku bertanya apa dia suka membaca? Karena sedang terkoneksi dengan internet pula aku merekomendasikan sebuah roman yang banyak mengulas segi arsitektur. Dengan harapan dia akan menyukainya karena itu sesuai dengan kuliah yang telah dia tempuh. Mungkin merasa terlampau aneh, dia mengira kalau aku sedang menawarkan buku daganganku kepadanya. Hahaha.

Yuli

"Fotomu kok awet enom ngono?" aku mengetik pesan tersebut padanya kemudian berkelakar, "Nek aku kan awet tuwek." Dia pun menjawab bahwa wajahnya memang tidak boros, dilanjutkan dengan tawa.

Obrolan terus bergulir hingga akhirnya dia mengungkapkan sesuatu hal. "Aku tertarik dengan jurusanmu. Dari dulu ingin masuk broadcast tapi nggak diberi izin."

Apa yang melatar belakangi dia ingin masuk ke jurusanku? Kalau boleh mengaku sebenarnya aku sendiri masih menyisakan sedikit harapan untuk bisa kuliah di jurusannya. Karena keterikatan cita-cita yang sama-sama tidak kesampaian aku jadi merasa bahwa mungkin hubungan kami setelah ini bisa menjadi lebih dekat. Dia bisa bertanya tentang seluk beluk dunia media padaku. Begitu pula sebaliknya aku bisa bertukar ide mengenai desain interior maupun eksterior padanya. Aku berharap tanpa harus meninggalkan lagi kuliahku saat ini aku juga bisa menggapai impian lain dalam hidupku, tentu itu juga berlaku padanya. Semoga Tuhan mendengar dan mengabulkan keinginan ini.

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Impian Itu Kembali Memancarkan Sinarnya