Path Facebook Instagram Twitter Google+

Impian Itu Kembali Memancarkan Sinarnya

Malam itu aku tengah menyendiri dalam kamar kos sambil membaca sebuah novel berjenis roman. Sesekali juga tak lupa menengok layar monitor notebook yang sedari tadi kubiarkan menyala. Alunan lembut dari lagu yang ku mainkan juga menemani kesejukan malam. Tanpa terasa kesendirianku menekuri rangkaian kata yang membentuk sebuah epik cerita dalam roman tersebut telah berlangsung dua setengah jam. Aku memutuskan untuk rehat lalu keluar kamar sejenak menyapa dan berbasa-basi dengan penghuni kamar yang lain.

Begitu kembali ke kamar aku menemukan halaman facebook di monitor berkedip. Yuli, teman SMP? Tumben sekali. Sebelumnya aku memang pernah bertukar kabar dengannya melalui sms singkat. Jauh sebelum aku hidup di sini dan sebelum lulus SMA. Itupun hanya saling bertukar informasi ingin kuliah dimana, bersama siapa dan hal kecil lainnya. Selepas itu tak pernah lagi kami berkirim kabar apalagi bertemu.

Dia membuka percakapan melalui jaringan internet itu dengan sebuah pertanyaan, "Gung, wes skripsi a?" Setelah terputusnya arus informasi tentang kabar masing-masing. Apa gerangan yang membuatnya langsung melontarkan pertanyaan tentang skripsi padaku? Aku tersenyum saja. Rupanya kami memang telah lama tidak berkomunikasi. Langsung saja aku jelaskan padanya bahwa kini aku masih menempuh semester ketiga. Awalnya dia heran dan bertanya labih rinci tentang maksud penjelasanku barusan. Menurut ingatannya dulu aku pernah berkata bahwa aku seangkatan dengannya. Aku kembali mengingat rangkaian pertemuanku dengannya selepas SMP. Lalu secuil kejadian berhasil kuingat di benakku. Beberapa waktu lalu aku dan dia memang pernah bertemu lagi. Dua kali malah. Bersama teman-teman SMP yang lainnya juga. Mungkin saat itulah kami bertukar informasi.

Dengan cuek aku mengakui bahwa sebelum pindah ke sini aku pernah kuliah juga di Surabaya. Tanpa menunggu dia bertanya lebih jauh aku mengalihkan topik karena kurasa perbincangan tentang hal itu akan membosankan. Usai meminta nomor ponsel miliknya aku bertanya apa dia suka membaca? Karena sedang terkoneksi dengan internet pula aku merekomendasikan sebuah roman yang banyak mengulas segi arsitektur. Dengan harapan dia akan menyukainya karena itu sesuai dengan kuliah yang telah dia tempuh. Mungkin merasa terlampau aneh, dia mengira kalau aku sedang menawarkan buku daganganku kepadanya. Hahaha.

Yuli

"Fotomu kok awet enom ngono?" aku mengetik pesan tersebut padanya kemudian berkelakar, "Nek aku kan awet tuwek." Dia pun menjawab bahwa wajahnya memang tidak boros, dilanjutkan dengan tawa.

Obrolan terus bergulir hingga akhirnya dia mengungkapkan sesuatu hal. "Aku tertarik dengan jurusanmu. Dari dulu ingin masuk broadcast tapi nggak diberi izin."

Apa yang melatar belakangi dia ingin masuk ke jurusanku? Kalau boleh mengaku sebenarnya aku sendiri masih menyisakan sedikit harapan untuk bisa kuliah di jurusannya. Karena keterikatan cita-cita yang sama-sama tidak kesampaian aku jadi merasa bahwa mungkin hubungan kami setelah ini bisa menjadi lebih dekat. Dia bisa bertanya tentang seluk beluk dunia media padaku. Begitu pula sebaliknya aku bisa bertukar ide mengenai desain interior maupun eksterior padanya. Aku berharap tanpa harus meninggalkan lagi kuliahku saat ini aku juga bisa menggapai impian lain dalam hidupku, tentu itu juga berlaku padanya. Semoga Tuhan mendengar dan mengabulkan keinginan ini.

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Impian Itu Kembali Memancarkan Sinarnya

Ekspedisi Ke Bande Alit

Hari Kamis aku menerima pesan singkat dari Sandy. Isinya begini, "Aku sabtu main ke Bande Alit. Mau ikut?"

Dalam batin aku bermonolog. Sabtu... tugas UTS belum ada yang kelar. Ditmbah lagi harus bikin tugas kelompok. Tapi Bande Alit bukan wahana wisata populer. Kalau tidak ikut sekarang kapan lagi aku bisa kesana? Terus sama siapa?

Setelah menetralisir batin yang bergejolak maka aku putuskan meninggalkan tugas kelompok dan pergi berpetualang ke Bande Alit. Maafkan aku rekan sekelompok tata artistik.

Tanggal 20 Oktober. Mulanya kami akan berangkat pukul 7 sesuai rencana. Karena sebab dan akibat yang kurang jelas maka berangkatlah kami pukul... Jreng jreng jreng. Setengah sembilan, molor apa molor nih? Tujuan paling awal adalah rumah Sandy di Wuluhan. Aku berboncengan dengan Putra sementara Sandy bersama Yuli. Sesampainya di sana anggota tim ekspedisi bertambah dua orang, Teguh dan Aris. Aku berangan bahwa perjalnan ini akan sesantai perjalanan ke Papuma. Yah maklumlah kan baru pertama ini.

Saat sampai di kaki bukit taman nasional Meru Betiri barulah tercium aroma perjalanan dan petulngan yang sesungguhnya. Satu-satunya rute untuk mencapai Bande Alit hanya melalui barisan perbukitan ini. Tak ada yang lebih melelahkan selain menunggang kuda besi pemakan bensin ini. Selain bukit yang berkela-kelok. Jalanan pun tak bersahabat. Hamparan bebatuan merupakan jalan terbaik, tak ada jalan beraspal men!

Puncak bukit ditandai dengan portal. Mungkin itu dibuat sebagai penyemangat bagi para pelancong bahwa "Kalian sudah hampir sampai, tinggal separuh perjalanan lagi. Jangan menyerah!" hahaha.

 

Nih ku kasih oleh-oleh video! Yang gak ada dicerita di atas ada di video. Selamat menyaksikan ;)

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Ekspedisi Ke Bande Alit

Bidadari Mungil

“Mini... manis kau di mana?”
Duuuk. Karena serius mencari keberadaan Mini si tikus putih peliharaannya di sepanjang kolong, Nando menabrak kepala seseorang yang sedang berjongkok di ujung meja.
“Auuuw.” pekik orang yang beradu kepala dengan Nando.
“Aduuuh.” Nando pun spontan berteriak lumayan nyaring.
Ibu kos yang kebetulan berada di sekitar sana dan melihat apa yang baru saja terjadi bertanya keheranan pada kedua anak muda itu, “Kalian ini sedang main apa toh?”
Nando yang sudah keluar dari kolong meja langsung nyerocos panjang lebar. Begitu sadar kalau belum meminta maaf atas kecerobohannya pada orang yang ditabrak, dia segera beranjak. Tetapi Nando terpaku melihat sosok gadis mungil yang bertabrakan dengannya tersenyum sangat manis tepat di sampingnya.
“Tadi aku kira ada yang memanggil aku di bawah meja, ternyata sedang mencari tikus.” tutur gadis mungil tersebut.
“Maaf ya, tidak sakit kan?” kata Nando sambil nyengir.
“Iya tidak apa-apa kok” jawab gadis mungil itu kemudian pergi dari TKP.
“Makanya kalau punya peliharaan dijaga yang baik biar tidak merepotkan seperti ini.” kata Ibu Kos.
Nando tidak mendengarkan karena masih terheran-heran atas kemunculan gadis mungil tadi di rumah kosnya.
“Itu tadi siapa Bu?” tanya Nando.
“Keponakan Ibu dari Badung, namanya Mini.”
Pantas saja Nando tidak pernah bertemu dengannya. Senyuman gadis mungil itu sangat manis, batin Nando.
“Jangan-jangan tikusmu dimakan kucing kampung yang suka mencuri lauk makanan di komplek kita.” canda Ibu Kos.
Nando langsung terhenyak.
“Miniiiii.......”
oOo
Syukurlah Mini selamat dari keganasan kucing kampung yang sangat meresahkan warga komplek karena kerap kali mencuri lauk sekaligus mengacak-acak meja makan. Mini sama sekali tidak keluar dari kamar tidur. Dia hanya bersembunyi di selah-selah tumpukan barang-barang yang berserakan.
Setelah tragedi itu Nando merasa bahwa mungkin Mini kesepian. Dia butuh teman bermain layaknya dirinya sendiri yang juga butuh teman saat kesepian. Keesokan harinya sepulang kuliah Nando pergi ke pasar hewan dan membeli seekor tikus putih jantan yang olehnya diberi nama Miki.
Keberadaan Miki membuat Mini terlihat lebih ceria di mata Nando. Terkadang Nando membiarkan Miki dan Mini berkeliaran di dalam kamar agar mereka bisa bermain-main di ruang yang lebih lapang. Kebiasaan memanjakan peliharaan seperti inilah yang memicu tragedi Mini hilang beberapa hari lalu.
Nando mengeluarkan Mini dari kandang pada sore hari tetapi dia lupa kalau belum memasukkan Mini kembali ke dalam kandangnya ketika akan tidur. Pagi hari berikutnya dia panik ketika akan mengganti air minum di kandang Mini karena yang ada dihadapannya hanya kandang kosong.
Begitulah keseharian Nando yang pelupa.
oOo
Rumah kos Nando yang sekarang memang nyaman untuk orang yang tidak suka menghabiskan waktu di luar. Ditambah dengan Ibu Kos dan keluarganya yang ramah semakin membuat penghuninya betah berada di sana walau jauh dari keluarga sendiri.
Gadis mungil keponakan Ibu Kos, sejak tahun ajaran baru juga ikut tinggal di sana. Dia mengambil jurusan Ilmu Komunikasi yang masih satu lingkup fakultas dengan Nando. Anak-anak kos sering sekali membicarakannya. Kadang mereka juga menjodoh-jodohkan Nando dengan gadis mungil itu berdasarkan fakta bahwa mereka berdua satu fakultas dan sama-sama pernah menjadi kembar mayang[[1]] di pernikahan putri Ibu Kos sekitar satu tahun yang lalu.
Dua orang kembar mayang perempuan dan seorang kembar mayang laki-laki selain Nando adalah kerabat. Nando juga tak habis pikir mengapa Ibu Kos meminta agar dirinya mau menjadi pelengkap kembar mayang laki-laki, toh masih banyak anak-anak kos yang lain. Tetapi tidak apalah, sekali-sekali membantu pemilik rumah kos, pikir Nando.
oOo
Sebenarnya Nando sudah lupa dengan gadis mungil keponakan Ibu Kos. Mereka bertemu hanya sekali dan hanya sepintas saja ketika Mini si tikus putih Nando hilang. Tetapi gadis mungil itu berhasil mengingatkan kembali Nando bahwa mereka sudah pernah bertemu sebelumnya.
“Mininya tidak hilang lagi?” tanya gadis mungil di sebelah Nando ketika sedang menunggu giliran dirias.
Nando sudah lupa dengan tragedi itu karena penyakit lupanya yang lumayan akut, juga karena Mini yang beberapa hari ini terkulai lemas di kandang akhirnya hanya menjawab sekenanya saja, “Tidak. Dia sedang sakit sekarang.”
“Oh.” balas gadis mungil singkat.
Kembar mayang pertama selesai dirias. Gadis mungil itu kemudian masuk ke ruang rias. Di ruang tunggu tersisa Nando dan seorang laki-laki muda bernama Dona, keponakan Ibu Kos juga. Mereka berdua ngobrol kesana kemari hingga tak terasa si gadis mungil telah selesai dirias. Pandangan Nando tak sengaja bertemu ketika si gadis mungil keluar dari ruang rias. Sembari berjalan gadis mungil itu tersenyum sangat manis kepadanya. Senyuman itulah yang berhasil membongkar ingatan Nando akan gadis mungil di kolong meja.
oOo
“Aku tidak pernah mengira bahwa hayalan sesaat ketika termenung tidak ada kerjaan kini menjadi kenyataan.”
“Memangnya hayalan apa mas?”
“Bisa jadi menantu Ibu Kos yang punya putri cantik seperti kamu ini. Serasa di film-film.”
“Ah mas bisa saja kalau menghayal.”
“Mini yang mempertemukan kita. Benturan di kepala yang menyatukan kita.”
Pasangan muda yang baru melangsungkan pernikahan beberapa hari yang lalu ini terlarut dalam romantisme suasana langit malam yang bertaburkan bintang-bintang. Mereka duduk di bangku taman belakang vila yang mereka pesan untuk bulan madu.
“Mas dengar ya. Aku mau cerita.” sang istri berkata sambil menyandarkan kepala di dada Nando.
“Sejak pertemuan pertama kita yang unik, aku sudah jatuh hati dengan mas. Kalau dingat-ingat jadi ingin tertawa. Mas Nando mencari Mini di kolong meja. Aku yang merasa dicari pun ikut berjongkok di ujung meja. Tiba-tiba mas Nando menabrak kepalaku. Harusnya aku sebal karena bukan aku yang dicari. Mungkin benturan kepala itu yang membuat aku berbalik seratus delapan puluh derajat jadi suka sama mas.”
Nando tersenyum simpul mendengar cerita yang terucap dari bibir sang istri mungilnya.
“Saat mbak Indy menikah, aku yang bilang ke Ibu supaya menjadikan mas sebagai pelengkap kembar mayang laki-laki. Aku senang karena Ibu mau mengabulkan permintaanku. Tapi seingatku saat itu mas Nando lupa padaku.”
“Aku bersyukur ketika diterima di fakultas yang sama dengan mas. Aku jadi lebih tahu kegiatan sehari-hari  mas di kampus maupun di rumah. Yang paling aku syukuri adalah ketika mas akhirnya meminangku.”
“Mas kok diam saja sih? Dengar ceritaku apa tidak?”
“Bahkan tanpa saling mengucapkan kalimat-kalimat mesra kita sudah punya ikatan batin yang kuat. Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu bidadari mungilku.”
Sang istri makin bergelayut manja. Nando pun membelai rambut istri mungilnya.
“Aku tahu bahwa sebenarnya aku ini putri kandung Ibu seminggu sebelum pernikahan Mbak Indy. Mama dan Papa yang sejak kecil aku kenal sebagai orangtuaku mengungkapkan identitasku yang sebenarnya. Ternyata mereka berdua adalah Bude dan Pakdeku.”
“Aku sempat kaget saat mendengar pernyataan mereka tentang diriku. Lalu mereka mengutarakan kegelisahan mereka yang sudah lama dipendam. Sudah sejak enam bulan lalu Papa mengajak Mama untuk segera pindah ke Australia. Tetapi Mama masih bersikeras untuk tetap tinggal kalau belum memberi tahukan padaku tentang identitasku.”
“Aku diberi kebebasan untuk memilih akan ikut dengan siapa setelah peristiwa tersebut. Kemudian aku memutuskan untuk tetap tinggal bersama Mama dan Papa, juga adikku satu-satunya yang merupakan anak kandung dari mereka sampai saat keberangkatan tiba. Atas bujuk rayu Mama yang membuahkan hasil maka Papa lagi-lagi menunda kepindahan ke Australia hingga aku tamat SMA.”
“Seiring waktu aku berusaha menjelaskan kepada adikku yang masih duduk di kelas delapan SMP bahwa aku tidak bisa ikut pindah ke Australia. Berkat bantuan Mama, adikku bisa menerima alasanku untuk tetap tinggal di sini. Aku sungguh senang bisa menghabiskan waktu bersama keluarga yang telah mengasuhku sejak kecil sebelum mereka benar-benar pindah ke tempat yang asing.”
“Aku sedih sekali waktu berpisah dengan mereka.”
Air mata tergenang di pipi sang istri. Nando mengusap butiran air mata istri mungilnya.
“Maafkan aku mas, suasananya jadi sedih. Aku selalu berdoa agar mas Nando senantiasa menemaniku sampai tua nanti.”
Senyuman yang sangat manis tersungging di bibir sang istri. Masih sama seperti pertemuan pertamanya dengan Nando di rumah kos. Nando mengecup kepala istri mungilnya itu dengan penuh rasa sayang.
“Tentu bidadari mungilku.”


[1]  Kembar mayang,  tradisi adat pernikahan Jawa sebagai penolak balak dan lambang kemakmuran.


Cerita ini pernah aku kirim buat diikutin lomba gitu. Tentu kamu juga tau kan hasilnya gimana. Hahahaha. Kalo menurut penilaian kamu cerita ini seperti apa?

Baca Selengkapnya - Bidadari Mungil

Pada Suatu Hari Libur

Foto-0363

Bila orang lain begitu mendambakan datangnya liburan akhir pekan, maka lain halnya dengan diriku. Percayalah bahwa akhir pekan bagi orang yang tak memiliki kegiatan sangatlah menyiksa. Sudah menjadi kebiasaanku menghabiskan hari libur dengan ditemani televisi yang terkadang juga diselingi dengan cuci baju atau beres-beres kamar sebulan sekali. Tapi tidak untuk pekan itu.

Setelah merencanakan liburan seru bersama teman-teman Ideas ke pantai Papuma, hari Sabtu tanggal 24 Maret terpilih menjadi hari keberangkatan. Berboncengan dengan Ulil, aku mendapat jatah membawa peralatan masak. Ada juga Niken membonceng Lemper, sementara Mbut bersama Sodom. Si Wargo pun segera menyusul di depan pom bensin tembaan. Sambil bermandikan terik matahari sore, kami bertujuh mengarungi jalanan dari kampus menuju Papuma. Banyak hambatan terjadi dalam perjalanan.

Ponselku bergetar menerima beberapa SMS dari Sodom. Bersama Mbut, Sodom kehilangan jejak dan tertinggal di belakang. Ternyata rute perjalanan sore itu bukan rute yang biasa mereka lewati. Tak ayal kami pun saling menunggu kabar masing-masing dan menghentikan perjalanan sejenak. Itu yang pertama. Berikutnya saat mengambil pinjaman tenda pada seorang teman, lagi-lagi perjalanan berhenti. Begitu sampai di sana matahari sudah hampir menuju peraduaannya, tertelan lautan Papuma di ufuk barat.

Aroma dan debur ombak lautan benar-benar memanjakan naluriku. Entah sudah berapa lama aku tak pernah bersua lagi dengan pantai. Seingatku, terakhir kali ke pantai Kenjeran di Surabaya. Itupun tak bermain-main dengan yang namanya laut. Hanya memandang jauh dari bibir pantai terluar.

Sementara teman-teman masih mencari tempat untuk bermalam, aku melompat turun dari boncengan Supra biru si Ulil kemudian menuju garis pantai. Ingin sekali berteriak-teriak meluapkan kegembiraan. Tak luput aku mulai mengabadikan keadaan di sana dengan kamera mini yang tertanam di Samsungku. Jepret sana jepret sini, kadang juga jepret diri sendiri.

Foto-0357

Aku coba mengingat-ingat kebiasaan apa yang biasanya menjadi kisah dramatis tentang lautan. Di kejauhan aku melihat botol Mizone terombang-ambing ombak kecil di pucuk pantai. Aha, kuharap aku menemukan surat di dalamnya. Langsung saja aku melesat mengambilnya. Sedikit berjalan masuk ke laut dan hap, aku berhasil memungut botol biru itu. Sayang ternyata hanya botol kosong. Hayalanku belum berakhir di situ saja. Kembali aku menepi kemudian menyulap botol tak berguna itu, mengisinya dengan butiran-butiran pasir papuma.

 

Bersambung...

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Pada Suatu Hari Libur

Museum HP

Untuk kali ketiga HP smart yang turut menemaniku beraktivitas terpaksa
dimuseumkan karena telah habis umur. Apa memang seperti ini kualitas
HP masa kini? Hanya awet beberapa bulan sampai maksimal 2 tahun pakai?

Nasi sudah menjadi bubur. Memang harga yang mereka tawarkan juga murah
meriah. Apa ada rekomendasi HP cdma murah dengan kualitas terjamin
dari kalian?

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Museum HP

Hikayat dari Makanan Khas di Era Franchise dan MLM

"Kamu gak pulang ke Surabaya?"
"Gak, kenapa?"
"Kalo pulang aku nitip..." dia bertanya pada temannya, "di Surabaya
itu biasanya apa?"
"Amanda" jawab si teman.
"Disini kan ada."
"Iya ta?"
"Ada di GM." jelasnya pada si teman.
"Kalo gitu J.co aja."

Percakapan diatas terjadi baru beberapa jam lalu di sebuah warung
makan. Aku mau makan di sana sedang temanku itu telah usai dan
beranjak pergi. Sambil menanti bubur ayam yang ku pesan, gelombang
lamunan datang menyergap. Sejak kapan Amanda dan J.co jadi makanan
khas Surabaya? Ini benar-benar gila! Adalah dampak dari ekonomi
kapitalis yang menjunjung tinggi merk dagang sebuah produk lalu
menyebar luaskannya ke seluruh penjuru dunia.
Masyarakat kita telah teracuni. Makanan dan produk lain yang menjadi
ciri suatu daerah telah tergerus oleh zaman. Menjadi langkah kemudian
punah dan berujung menjadi hikayat semata. Modernisasi memang sadis.
Yang tidak bisa beradaptasi akan mati. Oh malangnya.

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Hikayat dari Makanan Khas di Era Franchise dan MLM

Dunia Dalam Bianglala Waktu

laptopku kena virus dan sekarang jadinya lemot banget kalo dipake.
well, sampe sekarang belum ada antivirus yang bisa ngebersihin tuh
laptop. karena aku yakin sumber virus berasal dari warnet samping
indomaret jadi tadi pas gak ada kerjaan aku kesana lagi buat cari
bibit virus yang nyebar di laptop sekaligus panen film box office baru
baru. hehehe

Source Code. sudah beberapa bulan lalu sih denger judul itu tapi
keturutan nonton baru sekarang. pernah gak punya keinginan balik ke
suatu masa yang pernah kamu lalui? yang jelas film ini juga bertema
time machine gitu deh, cuma ada sedikit pembeda dari yang sudah ada.
sang penjelajah merupakan orang yang sudah mati. menurut jalan
ceritanya meskipun tubuh sudah mati tapi otak masih menyimpan short
term memory. dari sana dikembangkan metode yang diberi nama project
source code. ada sedikit kejanggalan di endingnya.
spoiler alert! suatu hari ada peledakan bom di dalam kereta. si
pemeran utama jake gylenhaal yang sebenarnya sudah mati 2 bulan lalu
masuk ke tubuh salah satu penumpang disana. pertama kali masuk ke
tubuh orang lain dia masih kebingungan. ketika bom meledak dan dia
kembali ke kapsul waktu source code barulah dia diberi tahu oleh
seorang operator misi tersebut. singkat cerita setelah berulang kali
dia gagal menemukan pelaku pengeboman, akhirnya dia berhasil juga. di
kehidupan nyata pelaku itu pun tertangkap. sesuai perjanjian antara
dirinya dengan pemimpin project source code dia akan benar benar
dimatikan kembali begitu misi berhasil. namun sebelum proses pematian
dia memohon pada operator supaya mengizinkannya kembali sekali lagi
demi menyelamatkan semua penumpang kereta. permintaan itu dikabulkan
dan dia dimatikan setelah waktunya habis. nah disini kejanggalannya.
saat dia dimatikan waktu sempat terhenti sejenak namun waktu kembali
berjalan dan dia tetap berada dalam tubuh penumpang kereta. lalu
bagaiman nasib pemilik tubuh yang sebenarnya? apa mereka jadi bertukar
tempat?
ide menarik dan kemasan yang sip membuat film ini langsung jadi
favoritku, yah.. karena dasarnya aku emang suka tema tema perjalanan
waktu. beberapa film tema sejenis yang pernah jadi favoritku juga ada
back to the future 1, 2, 3. perbedaan mendasar dari source code dengan
back to the future yakni konsep pembenaran sejarah dalam retakan waktu
yang diciptakan. pada back to the future tatanan waktu sangat di jaga
agar jangan sampai ada kerusakan yang menyebabkan terciptanya dunia
paralel. sedangkan di source code jika semua percobaan penemuan pelaku
itu dibikin lanjutan kisahnya sendiri sendiri pasti akan banyak
tercipta dunia paralel yang berbeda kisah satu sama lain. itu aja yg
bisa aku ceritain ke kamu. kalau penasaran tonton aja filmnya :)

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Dunia Dalam Bianglala Waktu

Obral Obrol

Peranakan lombok dan bali generasi ke-8, berkacamata, berkulit putih,
berpostur rata-rata orang Indonesia, Syaiful Amin namanya. Pemuda yang
segera melepas status mahasiswa pertaniannya ini adalah teman
ngobrolku di kosan. Walau sudah berbulan-bulan satu kos dengannya
namun baru sebulan terakhir kami akrab. Bermula dari obrolan ringan di
depan layar kaca keakraban timbul dengan sendirinya. Dulu ketika
melihat sosok luarnya saja, aku berani mengasumsikan dirinya sebagai
tipe mahasiswa kupu-kupu. Namun ketika kami menghabiskan waktu bersama
nonton tivi sambil ngobrol, asumsiku terbukti salah. Wawasannya jauh
lebih banyak dariku.
Mulai dari segi religiusitas sampai film. Pernah kami mengobrol seru
tentang dunia islam saat menyaksikan pertunjukan musik Opick di ANTV.
Obrolan bermula dari penari yang berputar-putar sepanjang pertunjukan
berlangsung. Menurutnya itu adalah tarian para sufi. Aku menyulut
obrolan dengan kisah peperangan antara Palestina dengan Israel. Dari
situ dia mulai bercerita panjang lebar atas semua informasi yang
pernah diperolehnya. Terkuak fakta bahwa dia pernah aktif di berbagai
forum organisasi keagamaan di dalam maupun diluar kampus. Di beberapa
kesempatan lain kami cukup sering juga kami ngobrol tentang politik
dan keadaan negeri ini ditemani siaran berita maupun debat di MetroTV
atau TV One. Dia termasuk pengamat politik juga. Tadi sore ketika
menonton serial drama klasik asal negeri panda, The Return of Condor
Heroes, dia bercerita tentang masa kecilnya di pedalaman Bali. Serial
itu adalah tontonan keluarganya dulu. Aku mengajaknya membandingkan
dengan serial drama klasik asli Indonesia. Dia benar-benar heran
dengan tayangan di Indosiar yg sering mengambil cerita kerajaan tapi
setingnya masa kini. Tak sengaja aku menyebut film Merantau. Menurut
pendapatnya, Merantau itu sama dengan tayangan di Indosiar tadi.
"Aku sudah lama merantau gak pernah ketemu masalah seperti itu."
ujarnya. "Merantau zaman sekarang bukan masalah seperti itu yang akan
dihadapi. Kalau cuma persoalan preman itu masalah yang sangat
tradisional." imbuhnya lagi.

Jember, 9 Maret 2012
Pos yang ditemani sorak sorai suporter bola di tv. Indonesia 0 - 1
Brunei Darussalam

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Obral Obrol

Selamat Datang Kembali

beberapa hari lalu di linimasa (timeline) twitter ada teman yg bilang
kurang lebihnya begini "sayang mbaknya gak nulis cerpen lagi. padahal
bagus bagus cerpennya."
aku mencoba mengorek informasi lebih jauh atas rasa kecewa temanku
itu. usut punya usut ternyata mbaknya yg dimaksud adalah cerpenis
dunia maya. dia sudah lama pergi meninggalkan kediaman digitalnya
terbengkalai. namun masih tersisa furnitur furnitur kisah berdebu
dengan keunikan berupa buah pemikirannya. aku jd teringat akan blog
milikku jg. terakhir aku menulis ketika akan berangkat kuliah ke
jember. kini aku sudah setengah tahun lebih berada di jember dan telah
melewati masa semester pertama kuliah. sambil mencari ide tulisan aku
membaca ulang 2 pos terakhirku yg terpampang di halaman depan.
sempat tercengang sesaat. benarkah itu aku yg menuliskannya?
energetic, penuh pengharapan dan inspiring ala chicken soup! tetapi yg
terjadi pada diriku saat ini rasanya amat jauh berbeda dengan saat
itu. mungkin efek dari suasana dan rutinitas yg melemahkan panca indra
plus hatiku. aku sempat muak dgn keseharianku dan mencari jalan keluar
dengan bergabung dalam ukm persma yg bergelut di bidang membaca dan
berkarya di bidang tulis menulis yg notabene jg tdk asing dengan
perjalanan hidupku. tp semua itu belum membuahkan hasil. mungkin
ketika ada waktu senggang aku perlu merenung dan merenung seperti saat
aku mengetik pos ini. beginilah salah satu cara paling efektif dalam
berbagi menurutku.

jember, 1 maret 2012
kamar kos jawa, pos via hp butut

Posted via email from Nyol's Posterous

Baca Selengkapnya - Selamat Datang Kembali