Path Facebook Instagram Twitter Google+

Catur (Bolosnya Developers 3)


Edo yang dari tadi diam saja membaca koran hanya sesekali menyimak permainan catur kami bila tiba-tiba suasana menjadi ramai sendiri oleh suara salah satu dari aku atau Lanang yang salah melangkah. Wahyu yang baru datang pun juga langsung menyimak sambil berkomentar ini itu. Setelah menjalankan beberapa bidak, putaran ketiga akhirnya selesai juga tentu saja masih dengan kemenangan dipihakku. Wahyu yang sudah geregetan dari tadi ingin menghajar telak kami semua mulai menantangku.
"Yang lain Yu, capek aku gak ada yang bisa ngalahin."
"Alaaah.. bilang aja gak berani. Takut kalah kan? Haha" Lanang berusaha memanaskan suasana agar dia bisa tertawa lepas ketika aku kalah.
"Ah, Nyol pengecut!" Muklis ikut-ikuan berkelakar.
"Hahaha.. terserah kalian pokoknya aku istirahat dulu."
"Ayo, siapa aja deh yang mau main." Wahyu masih menunggu seseorang menerima tantangan darinya.
Tanpa berlama-lama lagi Lanang segera memenuhi tantangan Wahyu. Satu-persatu pion mulai melangkah maju ke garis depan meninggalkan sang raja. Pertempuran pun tak bisa dihindari. Kuda mulai berlari kesana kemari sambil sesekali melompati bidak-bidak lain. Menteri pun tak mau hanya berdiam diri bersanding di samping sang raja tanpa menumpas pasukan lawan. Gajah yang telah menemukan celah juga mulai mengoyak pertahanan lawan. Beberapa bidak mulai tumbang. Raja yang ketakutan mulai berlindung di bawah naungan benteng setelah . Teknik dan cara Wahyu bermain menurutku adalah menebar ketakutan. Bagaimana tidak, dia tak begitu mempedulikan berapa banyak bidak yang berhasil dia singkirkan dari papan permainan tapi dia lebih mementingkan cara untuk bisa membunuh sang raja tanpa perlu menghabisi banyak bidak tak berdosa. Kalau dia dijadikan pengatur strategi dalam peperangan yang sesungguhnya sudah dipastikan sang raja tak akan bisa tidur nyenyak. Beda Wahyu beda pula Lanang, setelah terlihat bahwa dia sudah dalam posisi terjepit walau masih bisa melakukan beberapa langkah lagi, dia sudah menyerah sebelum Wahyu benar-benar berkata "Skak mat!!!"

Putaran keempat dijawarai oleh Wahyu sang pendatang baru. Hujan masih rintik-rintik dan waktu pun tak kami hiraukan. Aku mempersilahkan Muklis untuk bermain terlebih dahulu karena aku tau putaran ini tak kan butuh banyak waktu. Gaya bermain Muklis yang asal-asalan membuatku berkata padanya bahwa aku bisa menang mudah sambil menutup mata kalau bermain melawan dia. Setelah kekalahan Muklis maka kini tiba giliranku kembali tampil. Kalau kalian bertanya bagaimana dengan Edo? Kenapa kami tak memberi kesempatan dia untuk bermain? Dia masih sibuk membaca koran. Masih dengan percaya diri aku melangkahkan bidakku menuju awal kekalahan yang bertubi dari Wahyu.
"Persiapan Klis, kalau Nyol kalah kita tertawa bersama." Lanang berkata pada Muklis yang ada di samping kiriku.
"Oke.. sip!"
"Hahaha. Aku juga ikut!" Edo yang dari tadi hanya membaca koran mulai berkomentar.
Kurang ajar! Senang sekali mereka menertawakan kekalahanku, sial. Akhirnya aku kalah juga dari Wahyu. Piala kemenangan sudah tak bersamaku lagi. Yang lebih parah mereka bertiga tertawa bersama-sama. Sial sial sial!

Entah sudah jam berapa saat itu, tapi datang lagi satu teman kami, Faris. Aku dan Lanang bergantian menjadi bulan-bulanan si Wahyu. Setelah bosan kalah terus kami berdua berkomplot melawan Wahyu. One VS Two! Sejak kapan ada aturan permainan catur seperti itu? Hihihi, tentunya itu aturan yang kami berlakukan sendiri untuk permainan kami. Putaran pertama kami masih belum bisa berkonsentrasi karena belum mau bekerja sama mengatur strategi perang dengan baik yang berbuah kekalahan. Setelah itu kami mencoba melangkah bergantian. Tiga langkah bidak dimainkan Lanang lalu tiga langkah berikutnya aku yang memainkan. Kali ini aku mencoba berbuat lebih nekat. Selama masih ada menteri kami tak kan bisa menang dari Wahyu. Aku terus menyerang menteri miliknya walau harus kehilangan menteriku sendiri hingga tak ada jalan lain selain kami harus saling mengorbankan menteri masing-masing. Tanpa menteri serangan Wahyu tidak begitu ekstrim dan masih bisa ditanggulangi dengan kaburnya sang raja. Lanang yang melihat celah ini memanfaatkan kesempatan untuk menyepak beberapa pion keluar dari papan permainan agar tak tercipta menteri-menteri baru dari generasi penerus bangsa tersebut. Akhirnya kedudukan berbalik. Kami menang dari Wahyu dengan gemilang. Putaran berikutnya kami kalah lagi dan putaran terakhir berhasil kami amankan dengan kemenangan kami.
Bersambung...
Cerita selanjutnya adalah akhir dari kisah para pembolos ini. Jadi jangan sampai terlewatkan ya :D
*nama-nama bidak catur aku peroleh dari sini.

0 obrolan:

Posting Komentar

Habis baca jangan lupa tinggalin jejak ya :D