Path Facebook Instagram Twitter Google+

Kaosman Kampreeed (Minggat vol.3)

'Lamongan .. Lamongan'
'yoo ..antri-antri ..yoo'
Teriak pedagang jeruk mengingatkan para penumpang.



Huff..
Pikiranku masih kacau memikirkan apa yang kulakukan ini benar atau tidak.

Di sudut gerbong ku melihat ada seorang wanita hamil yang baru saja bergabung di dalam angkutan massal ini dan tidak mendapat tempat duduk. Aku tak kuasa melihatnya ingin rasanya ku berikan tempat dudukku padanya. Untung masih ada orang yang peduli dan memberi tempat padanya. :-)

Kereta semakin padat dengan penumpang. Pedagang
dan pengamen pun semakin sulit untuk membelah arus manusia yang duduk beralaskan koran bekas di koridor kereta.
Sampai masuklah seorang pedagang kaos yang dodol. Huff..
'Mas!!' Pria disampingku memanggil sang pedagang kaos.
Kau tahu bagaimana dia membawa dagangannya? Kaos-kaos di kapstok lalu di kaitkan pada kayu dengan pengait besi berbentuk leher angsa yang mirip dengan kapstok raksasa dan di kaitkan pada pipa tempat menaruh tas. Kau tahu dimana dia menaruhnya? Yah.. Dia mengaitkan tepat di atas kepalaku di depan mukaku. Huff..
'Kampreeed. Kenapa sih manggil ni orang? Ganggu tauk!!' Umpatku dalam hati geram. Setelah menyuruh calon konsumen untuk memilih, dia pergi tanpa beban.
'Hei. Kau tak melihatku sesak napas hahh? Malah ngeloyor pergi.' Lagi-lagi aku ingin berteriak tapi nggak berani. Cekikik.

5 menit... 10 menit... 15 menit...
Arrgghhh.. Kemana sih perginya pedagang dodol ini? Gara-gara dia nih «sambil melirik tajam orang disampingku». Nggak beli juga manggil-manggil. Beruntung di stasiun depan aku sudah sampai.

'Babat ..Babat!!'
Aku berdiri menuju pintu meninggalkan bangku bergabung pada antrian penumpang yang hendak turun.



To be continue...
Baca Selengkapnya - Kaosman Kampreeed (Minggat vol.3)

Kerja, Merdeka, dan Pahlawan

17 Agustus
Sepulang dari minggat aku gih getol-getolnya nyari lowongan kerja. Tepat pada hari kemerdekaan bangsa Indonesia aku pergi keliling surabaya demi mendapatkan pekerjaan.

Aku sudah lama membaca, melihat, dan memilih pekerjaan apa saja yang akan kulamar dari koran jawa pos sabtu yang berisikan begitu banyak peluang karir sejak koran itu terbit hingga hari ini. Walhasil tak ada pekerjaan yang nyaman menurutku. Kau tahu pekerjaan macam apa yang disuguhkan bagi lulusan sma? Security, marketing, sales, driver, waiter, dan masih banyak lagi. Akhirnya aku memutuskan pergi ke plaza surabaya tuk mencari pekerjaan.

Sebelum menuju plaza surabaya aku pergi ke kantor pos terlebih dahulu tuk mengirim surat lamaranku ke sebuah butik yang infonya aku peroleh dari lowongan kerja online di internet kemarin. Pekerjaan macam itulah yang ingin ku cari nanti di plaza surabaya.

Setelah tuntas berkeliling dan tetap tak menemukan apa yang kucari aku melangkahkan kaki menuju gramedia. Dan apa yang kutemukan dikaca toko buku tersebut? Lowongan pekerjaan. Tapi sayangnya pemberitahuan tersebut terbit tanggal 23 Juli.

Ada satu hal unik yang menjadi ciri seorang pencari kerja di pusat perbelanjaan. Setiap ada gerai dengan kaca yang ditempeli kertas maka dia akan segera menuju kesana, pasti. Cekikik.
Aku melanjutkan pencarianku di tunjungan plaza dengan berjalan kaki. Karena hari ini adalah hari libur kemerdekaan jalanan begitu lengang. Dan oh ada apa itu? Jalan Gubernur Suryo ditutup! Oh ada upacara penurunan bendera toh.

Sambil terus melangkah aku seperti masuk ke dalam pensieve (salah satu benda sihir di film Harry Potter) milik bung tomo kemb
ali ke zaman peperangan sebelum merdeka «ngayal mode: on». Jalanan tampak bagaikan medan perang. Aku layaknya pahlawan dengan gagah berani berjalanan ditengah begitu banyak kendaraan perang yang telah tak bertuan. Dengan iringan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh putera puteri bangsa aku pulang bernafaskan merdeka. XP
Baca Selengkapnya - Kerja, Merdeka, dan Pahlawan

KRD (Minggat vol.2)

Kenapa sih kudhu jadi sarjana? Apakah gelar menentukan segalanya?

Sejak kereta mulai meliuk diatas jalurnya aku tak henti-hentinya memikirkan hal yang baru saja terjadi.
Tuuut tuut


"Ibu sekarang maunya gimana?"
"Aku sudah capek bu tiap hari selalu dijejali dengan perkataan ibu yang tidak memberi semangat dan dorongan."
"Gag usah kuliah aja."
Aku memberi sedikit tekanan pada kalimat terakhirku.



Tiba-tiba orang di sampingku berbisik pada temannya.
"Rodhok rono! Sakno arek ikhi kecepit."
"Gag popo mas." jawabku sambil tersenyum seramah mungkin. Sudah untung aku masih dapat tempat duduk.
Khayalku akan kejadian tadi pagi terburai sudah. Kini pikiranku kembali berada di dalam kereta.



Aku duduk disamping kanan seorang pria yang menurut tafsiranku usianya sekitar 25-30 tahun dengan pakaian santai kaos dipadu dengan jaket dan celana jins yang tadi berkata pada temannya dan disamping kananku ada seorang pria paruh baya yg berpenampilan rapi bak orang mau berangkat ke kantor. Aku sendiri hanya berpenampilan layaknya orang dirumah.

Diantara aku dan pria paruh baya tadi ada sebuah peti hitam yang terbuat dari besi. Aku tak tahu apa isi peti itu. Dalam benak aku coba menerka-nerka apa yang ada didalam peti. Apakah peti ini berfungsi sama halnya dengan black box pada pesawat terbang? Cekikik.

Jangankan black box kalau kau ingin naik kereta rakyat daerah a.k.a KRD kusarankan untuk buang air lebih dulu. Kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku memberi saran aneh. Mungkin itu aneh bagi yang tidak pernah naik KRD tapi kau akan melihat yang lebih aneh jika sudah berada didalamnya. Bayangkan saja tempat yang seharusnya disediakan sebagai wc oleh sang mpunya kereta digunakan sebagai ruang istirahat kondektur. Benar-benar cita rasa khas Indonesia. Cekikik. Kau juga akan menemukan banyak pedagang asongan yang menjajahkan camilan hingga nasi bungkus, aqua hingga sprite, kipas anyam hingga pembersih telinga (cotton bud) dengan cara berdagang yang unik pula.

Aku beruntung dapat tempat duduk karena pasar turi merupakan titik awal pemberangkatan. Dipersinggahan kedua (baca: stasiun tandes) orang mulai berdiri. Bagi yang tidak tahu aku akan memberikan sedikit gambaran. Gerbong KRD tersusun atas bangku-bangku yang berjajar disamping kiri kanan.
K-3 88 orang.
Seperti itu kalimat yang tertera. Tapi pada kenyataannya aku rasa ada lebih dari 500 orang di dalam gerbong ini «lebay mode: on. Cekikik»


Dalam separuh perjalanan kereta yang tadinya lengang mulai tak beraturan. Kini orang-orang yang tadinya berdiri mulai menjadikan jalan sebagai tempat untuk duduk dengan beralaskan koran yang mereka beli dari penjual koran. Benar-benar praktis. Cekikik.



to be continue...
Baca Selengkapnya - KRD (Minggat vol.2)

Minggat

Kamis, 13 agustus
Seperti biasa bangun tidur langsung online. :-))
Buka notifikasi facebook, update twitter, respon plurk. Ya ya ya begitulah rutinitasku tiap hari. Cekikik


Kemarin aku dapat surat dari ITS. Kukira kabar baik sayangnya bukan, bahkan cukup menyakitkan. Aku sih tidak begitu mempermasalahkannya toh memang aku tidak bisa menakhlukkan soal yang mereka berikan tapi yang dipikirkan ibuku lain lagi.
Sejak aku tidak diterima di SNMPTN beliau selalu saja bicara ini itu yang semakin menyudutkanku. Memang diantara tiga bersaudara aku tidak memiliki prestasi yang bisa orang tuaku banggakan. Tapi ucapan yang beliau berikan sama sekali tidak membangun.
Depresi. Itu yang kurasakan saat ini.

Setelah adu mulut karena aku sudah tidak kuasa menahan amarah karena tiap hari mendengar ucapan beliau yang makin kacau. Aku memutuskan untuk minggat a.k.a kabur dari rumah.
Kemana?
Rumah nenek. Ya rumah nenek di luar kota adalah tempat yang langsung terlintas dibenakku.

Jam sembilan aku keluar rumah tanpa pamit maupun memberi pesan pada orang-orang dirumah.
Aku berjalan menuju stasiun terdekat. Stasiun pasar turi. Sampai disana aku langsung menuju loket yang begitu lengang tanpa ada seorangpun yang mengantri.
"Babat, mbak!"
"Dua ribu."
"Berangkat jam berapa?"
"Setengah sepuluh."
Sebentar lagi. Aku langsung bergegas menuju peron 9 3/4 ..cekikik emang harry potter.

9.30 kereta mulai menjerit kencang menandakan perjalananku kabur dari rumah
akan segera dimulai.


To be continue...
Baca Selengkapnya - Minggat

Lonely

Di keremangan senja sang kodok tengah termenung sendiri tanpa seorangpun yang menemani. Dalam lamunannya tak terasa air mata menetes di pipinya.



Dia terhanyut dalam masa lalunya. Bertualang bersama para sahabat masa kecilnya. Sungguh mengasyikan.
"Kau kenapa cil?"
"Ahh. Nggak papa kak." Sambil tersenyum dia menjawab seadanya.
"Cerita padaku kalau kau butuh teman bicara."
"Aku cuma teringat akan masa laluku."
"Lalu kenapa menangis?"
"Aku merasa sendiri. Meskipun kakak dan yg lain menerimaku dg baik disini."


Dia mulai bercerita tentang dirinya yg selama ini dikuburnya dalam-dalam.
Beberapa tahun yg lalu ketika masih berwujud berudu dia bersama teman-temannya pernah berikrar bahwa kelak di masa yg akan datang mereka akan bertualang bersama mengarungi samudra luas, menghadapi segala rintangan, menakhlukkan para pemangsa, menolong yg lemah dan masih banyak lagi.
Tibalah saat yg dinanti-nanti. Kini mereka beranjak dewasa dan siap mewujudkan impian tersebut. Ditengah perjalanan Bocil terpisah dari kawan-kawannya karena kelalaiannya. Mereka tetap melanjutkan perjalanan meskipun tanpa Bocil. Hingga kini dia masih berkeinginan untuk menyusul dan berjumpa kembali dg para sahabatnya.


"Sudah jangan bersedih lagi ya. Kalau kau memang ingin bertemu dg mereka kat harus berusaha mulai sekarang."
"Iya kak. Makasi."
Baca Selengkapnya - Lonely

sold out

sebenarnya sudah lama aku ingin menulis posting ini. tapi aku masih belum ingin menyerah saat itu. tapi kini...


berulang kali aku mengikuti ujian ptn dan selama itu pula aku belum diterima oleh mereka. apa aku ini terlalmpau bodoh?
bukan. tiada orang di dunia ini yang bodoh. Allah menciptakan otak manusia dengan kecerdasan yang luar biasa. lalu apa?
sampai saat ini kau belum bersungguh-sungguh. kau tau itu tapi kenapa kau merubah sikapmu!! kenapa!!
Baca Selengkapnya - sold out