Path Facebook Instagram Twitter Google+

Hari Minggu Bersama Nilam

Hari Minggu adalah hari yang selalu aku nanti. Selain sekolah yang libur tiap hari Minggu lah aku bisa bebas melakukan apa saja sepanjang hari. Aku sudah membuat rencana kegiatan yang akan aku kerjakan untuk mengisi Minggu ini. Usai mengerjakan PR untuk hari Senin aku langsung gosok gigi dan pergi tidur. Semoga besok cerah.

Heran deh, tiap hari Minggu tanpa suara Ibu harus mengiang-ngiang di mimpi aku selalu bisa bangun pagi sendiri tapi kenapa selain hari Minggu nggak bisa? Setelah berguling-guling sekitar lima menit yang sudah menjadi kebiasaan akhirnya aku bangun dan segera menunaikan sholat subuh. Bbrrr.. pagi ini terasa lebih dingin. Tanpa berlama-lama lagi aku segera menyudahi mandi pagiku. Ibu sedang memasak ketika aku keluar dari kamar mandi.

“Ibu lagi masak apa?” Tanyaku sambil menuang air putih ke dalam gelas lalu meneguknya habis.

“Enaknya masak apa?” Ibu balik bertanya.

“Pizza.” Jawabku asal yang berefek pada sorotan mata Ibu kepadaku.

“Kamu meledek Ibu!”

“Hihihi. Masak apa aja deh yang penting enak.”

“Bantu Ibu memasak, Nilam.” Ibu berkata saat menangkap diriku yang melenggang pergi meninggalkan dapur.

“Aku mau menyiram bunga.”

Memasak bukanlah pekerjaan yang kusuka jadi jangan harap aku akan menemani Ibuku bereksperimen dengan bahan makanan yang beragam bentuknya. Momo mendekat sambil mengeong seolah menyapaku. Sambil menunggu pot penyiram bunga penuh aku mengelus bulu-bulu Momo yang berwarna keemasan. Dia memang paling manja terhadapku. Bulu di perut dan kakinya berwarna putih. Kian hari perutnya makin gemuk. Pernah aku bertanya pada Ayah tentang perut Momo itu, lalu Ayah menyimpulkan bahwa Momo sedang hamil muda. Aku tidak memiliki kucing peliharaan selain Momo di rumah. Bagaimana dia bisa hamil? Ayah mengingatkan bahwa Momo sering tidak kelihatan siang hingga sore hari. Lalu dia akan kembali terlihat di rumah ketika malam hingga pagi hari. Beberapa hari lalu Ayah berkata bahwa mungkin dalam waktu dekat Momo akan segera melahirkan. Betapa senangnya aku mendengar analisis dari Ayah.

Ayah tiba di rumah setelah puas lari pagi mengelilingi kompleks. Semua bunga yang ku tanam sendiri juga bonsai milik Ayah yang beragam bentuknya selesai ku siram. Ibu juga sudah selesai memasak. Kami bertiga makan bersama di meja makan belakang yang letaknya di areal kebun. Menu pagi ini untukku adalah udang goreng tepung dan nasi goreng ekstra pedas tak lupa ditambah dengan segelas susu sapi. Menu di piring Ibu sama denganku sedangkan menu milik Ayah porsi nasi gorengnya lebih banyak dan udang goreng tepungnya juga lebih besar dari punyaku. Gelas Ibu berisi teh hangat dan gelas Ayah berisi kopi susu. Bila tadi meja makan sudah diatur rapi sedemikian rupa oleh Ibu untuk menghidangkan sarapan pagi hari ini maka ketika selesai akulah yang bertugas membereskan semuanya lalu mencuci bersih perabotan makannya juga. Usai merapikan semuanya aku bergabung bersama Ayah dan Ibu di ruang keluarga.

“Tadi Nilam minta Ibu memasak pizza.” Ibu mengadu pada Ayah.

“Kenapa nggak dibuatkan?” Kali ini Ayah yang mendapat sorotan mata Ibu.

“Ayah anak sama saja.” Kata ibu sambil mendesah.

Ayah menatapku lalu tersenyum sedangkan aku hanya tertawa geli melihat tingkah Ibu yang lucu dan akhirnya Ibu juga Ayah ikut tertawa bersama-sama. Percakapan pun terus berlanjut dan bersambung ke hal-hal lain. Andai tiap hari bisa seperti ini. Ngobrol santai bertiga dan tertawa bersama sepanjang hari. Hari Minggu memang indah.

 

Ini adalah proyek menulis yang ku beri nama Serial Minggu. Rencananya dalam judul-judul berikutnya akan ada cerita-cerita singkat mengenai hari Minggu bagi tiap orang yang berbeda atau bisa saja berlanjut. Intinya setiap cerita selalu mengisahkan hari Minggu yang mereka alami. Semoga bisa menghibur :)

Posted via email from Nyol's Posterous

0 obrolan:

Posting Komentar

Habis baca jangan lupa tinggalin jejak ya :D