Path Facebook Instagram Twitter Google+

Latihan Bikin Cerita Fiksi (Bang Roy 1)

Semenjak kejadian itu aku tak pernah melihatnya berbicara sekalipun dengan orang lain. Mungkin kondisi kejiwaannya sedikit terganggu apalagi setelah kelakuan konyolnya sempat melakukan tindakan bunuh diri tapi gagal. Bahkan banyak anak kecil yang tertawa-tawa dan mengatainya 'orang gila' saat berpapasan ataupun mereka memang sengaja mencari gara-gara dengan mencarinya di rumah lalu menghinanya. Menurut penuturan orangtuanya sih dia stres akibat ditinggal kekasihnya menikah dengan pria lain. Mungkin bagi beberapa orang hal tersebut terlihat konyol dan menggelikan namun bagi orang-orang yang berperasaan sensitif entah seberat apa rasanya. Sudah setahun peristiwa itu berlalu, tapi pria yang pernah mengajariku bermain layang-layang maupun sepeda ini belum juga bisa melupakan sakit hatinya. Seiring waktu anak-anak nakal sudah tak begitu peduli dan tak mengatainya lagi. Kini dia juga sudah mulai sering terlihat melamun di bangku panjang di bawah pohon rindang yang ada di kebun rumahnya kira-kira sejak seminggu yang lalu. Aku yang dari tadi hanya melihatnya dari dalam rumah mencoba untuk berbicara padanya dengan sangat hati-hati takut perkataanku nanti menyinggung perasaannya.

"Assalamualaikum bang." aku mencoba memberi salam padanya, tapi dia tak menjawab.
"Pagi yang cerah gini enaknya naik sepeda keliling kota bang." Aku mencoba berbasi-basi untuk melihat tanggapannya.

Sejenak dia melihat diriku yang duduk tepat disampingnya lalu kembali menatap langit biru dan menyelam pada lamunannya. Mungkin bukan saat ini waktu yang tepat.

Sepulang sekolah aku tak melihat bang Roy ditempat biasa dia menghabiskan harinya untuk melamun.

"Baru pulang Rid?" Tiba-tiba dari belakang aku mendengar suara dan tangan seseorang memegang bahu kiriku.
"Astaghfirullah." Seketika aku memalingkan wajah.

Ternyata bang Roy yang bertanya, dia baru saja keluar dari gudang rumahnya yang memang terletak tak jauh dari jalan setapak tempatku berdiri sekarang.

"Iya bang. Abang dari mana, kok tumben?"
"Dari sana." Dia hanya menunjuk ke dalam gudang tua yang sempit dan gelap itu.
"Oh, ya sudah bang Farid mau pulang dulu." Sambil meninggalkan senyuman aku kembali berjalan menuju rumahku yang kurang bebera langkah lagi.

Aku senang karena bang Roy mau menyapaku tadi, itu tandanya ada sedikit perkembangan. Hari Jumat sepulang Sholat Jumat di masjid Al-Ikhlas aku bertemu lagi dengan bang Roy di jalan. Rupanya bang Roy yang sudah lama tak terlihat sholat berjamaah baru saja keluar dari masjid dan berjalan tepat beberapa langkah di depanku. Aku mempercepat langkahku demi bisa berbicara padanya.

Bersambung...

 

Terlalu singkat ya? Hehehe.. biarin deh kan masih latihan. Kalau tanya cerita selanjutnya seperti apa, errrrrrrgghhh aku juga belum tahu :P yang baca cerita ini tinggalin komentar dong! Buat yang punya tampang di foto.. hehehe aku dapet dari om Google :D gapapa kan aku pake di blogku? Gapapa kok (berlagak kayak yang punya tampang). Makasih ;)

Posted via email from Nyol's Posterous

4 obrolan:

jiyuu mengatakan...

heee...iya, singkat banget, Nyol.. :o
ini baru awal cerita ya? Tapi baca kata-kata pembukanya (sejak kejadian itu) kayak udah ada awalannya... (tapi terserah de, suka" yg nulis, hehe :P )

maju terus pantang mundur, Nyol~!!

fullowaferstik mengatakan...

iya sensei.. mungkin nanti mau tak kasih flash back dikit2 gitu :D
bagus gak sih gaya bahasaku?

Anonim mengatakan...

dari gaya bahasanya sih santai n sederhana, jadi bacanya enak...:)
tapi dari kalimat: "Menurut penuturan orangtuanya sih dia stres akibat ditinggal kekasihnya menikah dengan pria lain.", kata 'sih' rasanya kurang pas... (maap baru sekarang komen)

fullowaferstik mengatakan...

harusnya gimana biar menarik?
'sih' nya diilangin aja ta?

Posting Komentar

Habis baca jangan lupa tinggalin jejak ya :D