Path Facebook Instagram Twitter Google+

KRD (Minggat vol.2)

Kenapa sih kudhu jadi sarjana? Apakah gelar menentukan segalanya?

Sejak kereta mulai meliuk diatas jalurnya aku tak henti-hentinya memikirkan hal yang baru saja terjadi.
Tuuut tuut


"Ibu sekarang maunya gimana?"
"Aku sudah capek bu tiap hari selalu dijejali dengan perkataan ibu yang tidak memberi semangat dan dorongan."
"Gag usah kuliah aja."
Aku memberi sedikit tekanan pada kalimat terakhirku.



Tiba-tiba orang di sampingku berbisik pada temannya.
"Rodhok rono! Sakno arek ikhi kecepit."
"Gag popo mas." jawabku sambil tersenyum seramah mungkin. Sudah untung aku masih dapat tempat duduk.
Khayalku akan kejadian tadi pagi terburai sudah. Kini pikiranku kembali berada di dalam kereta.



Aku duduk disamping kanan seorang pria yang menurut tafsiranku usianya sekitar 25-30 tahun dengan pakaian santai kaos dipadu dengan jaket dan celana jins yang tadi berkata pada temannya dan disamping kananku ada seorang pria paruh baya yg berpenampilan rapi bak orang mau berangkat ke kantor. Aku sendiri hanya berpenampilan layaknya orang dirumah.

Diantara aku dan pria paruh baya tadi ada sebuah peti hitam yang terbuat dari besi. Aku tak tahu apa isi peti itu. Dalam benak aku coba menerka-nerka apa yang ada didalam peti. Apakah peti ini berfungsi sama halnya dengan black box pada pesawat terbang? Cekikik.

Jangankan black box kalau kau ingin naik kereta rakyat daerah a.k.a KRD kusarankan untuk buang air lebih dulu. Kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku memberi saran aneh. Mungkin itu aneh bagi yang tidak pernah naik KRD tapi kau akan melihat yang lebih aneh jika sudah berada didalamnya. Bayangkan saja tempat yang seharusnya disediakan sebagai wc oleh sang mpunya kereta digunakan sebagai ruang istirahat kondektur. Benar-benar cita rasa khas Indonesia. Cekikik. Kau juga akan menemukan banyak pedagang asongan yang menjajahkan camilan hingga nasi bungkus, aqua hingga sprite, kipas anyam hingga pembersih telinga (cotton bud) dengan cara berdagang yang unik pula.

Aku beruntung dapat tempat duduk karena pasar turi merupakan titik awal pemberangkatan. Dipersinggahan kedua (baca: stasiun tandes) orang mulai berdiri. Bagi yang tidak tahu aku akan memberikan sedikit gambaran. Gerbong KRD tersusun atas bangku-bangku yang berjajar disamping kiri kanan.
K-3 88 orang.
Seperti itu kalimat yang tertera. Tapi pada kenyataannya aku rasa ada lebih dari 500 orang di dalam gerbong ini «lebay mode: on. Cekikik»


Dalam separuh perjalanan kereta yang tadinya lengang mulai tak beraturan. Kini orang-orang yang tadinya berdiri mulai menjadikan jalan sebagai tempat untuk duduk dengan beralaskan koran yang mereka beli dari penjual koran. Benar-benar praktis. Cekikik.



to be continue...

0 obrolan:

Posting Komentar

Habis baca jangan lupa tinggalin jejak ya :D