“Rio, mau kemana kamu?” tanya Tania.
Mereka berpapasan dan nyaris bertubrukan di depan pintu kelas. Rio menunjuk
ke arah lapangan lalu berlari sambil bilang, “Mau main bola. Ngilangin pusing habis
ketemu Algoritma. Nanti kalau dicari bilang kalau aku kurang sehat dan istirahat
di UKS.”
Jam pertama langsung dijejali rumus matematika membuat Rio pusing tujuh
keliling. Dengan beralasan bahwa waktu paling fresh untuk belajar ialah pagi hari. Hampir seluruh kelas di SMA
Rio serentak mengisi jadwal pelajaran pertama dengan pelajaran yang menurut bocah
berambut klimis tersebut bikin pusing. Belum lagi disambung dengan kimia. Bisa
mati keracunan rumus-rumus sains aku kalau terus berada di kelas. Dalam hati
Rio membatin. Tidak banyak guru yang benar-benar meluangkan waktu untuk menghafal
siswanya satu persatu. Mereka lebih suka menghafal siswa dari keaktifan di
kelas dan nilai-nilai ujian. Maka dari itu Rio sering cabut pun tidaklah
menjadi perhatian besar. Toh ia bukan penghuni ranking puncak.
Satu-satunya tempat favorit penggila Manchester United itu ialah
lapangan yang letaknya strategis di sudut belakang sekolah. Sungguh beruntung
baginya karena kelasnya berada di barisan depan sesudah ruang kepala sekolah,
ruang guru, dan ruang tata usaha. Apalagi sejak pertama menginjakkan kaki di
sekolah ini ia telah bekenalan dengan beberapa teman sesama penyuka bola. Begitulah
cara pembangkang yang suka tiba-tiba cabut dari kelas itu menikmati masa putih
abu-abunya. Di lapangan yang tiada pernah terlihat sepi itu. Pusat kreativitas
siswa di bidang non akademik jadi penyeimbang.
Priiiiiiiit…. Priiiiiiiiitt… Priiiiiiiiiiiiiiiiiiittt…
Ia baru saja memberi umpan silang pada Igo dan berhasil mengecoh musuh saat
suara peluit itu berbunyi.
“Celaka! Ayo ngabur!” Igo memberi aba-aba langsung diikuti semua anak di
lapangan.
Rio dan kawan-kawan lari tunggang langgang berpencar ke berbagai penjuru
sekolah. Bobi, Igo dan dirinya mungkin sedang dirundung nasib buruk hari itu. Dari
sekian siswa mereka bertiga yang menjadi mangsa Pak Cipto, guru Bahasa Indonesia
merangkap guru Bimbingan Konseling.
“Berandal, stop! Atau kalian bertiga akan saya skors.”
Nyali Rio dan Igo tidak menciut sama sekali dengan gertakan semacam itu.
Tetapi Bobi mulai mengurangi kekencangan larinya dan perlahan-lahan
menghentikan langkah sesuai perintah Pak Cipto.
Sial.
***
Rio dan teman-temannya tidak jadi diskors. Melainkan hanya di suruh
mengecat lapangan. Pak Eko guru Olahraga menjadi pembela nomor satu atas
hukuman yang dinilai tidak mendidik dari Pak Cipto.
“Mereka ini bintang lapangan sekolah kita. Skorsing bukan hukuman yang
efektif untuk anak-anak ini,” pembelaan Pak Eko membuat sekumpulan pembolos pelajaran
di kelas itu berbesar hati.
“Oh… begitu. Lantas menurut bapak hukuman apa yang pantas untuk para
berandal ini?”
“Karena kalian yang paling sering memakai lapangan kalian juga yang
harus merawatnya.”
Sepulang
sekolah mereka pun mengecat ulang lapangan, pentas mereka menunjukkan bakat. Di
kejauhan Pak Cipto hanya melihat sambil tetap memasang tampang galaknya. Usai membereskan
peralatan dan berpamitan dengan Pak Eko yang sedari tadi menemani. Satu-persatu
mereka pulang. Tinggallah Pak Eko dan Rio yang ada di lapangan.
“Ada yang mau dibicarakan?” Pak
Eko membuka percakapan.
“Pak Eko kenapa bisa membela
kami sampai seperti itu?”
“Tentu karena hukuman skorsing
tidak cocok buatmu, Nak.”
“Lalu… bintang lapangan seperti
yang bapak bilang. Kami ini cuma siswa yang kerjaannya membolos pelajaran.”
“Jadi itu yang membuatmu
gelisah. Apa kamu tidak mau bapak sebut bintang lapangan?”
“Saya punya cita-cita pak. Menjadi
pemain Manchester United. Seperti Rio Ferdinand...”
“Bagus itu. Impian itu bukan cuma
diangan-angan. Tapi harus diwujudkan.”
“Terima kasih, Pak.”
***
Selepas SMA Teman-teman mulai
meniti jalan masing-masing. Igo lanjut kuliah di jurusan Hubungan Internasional.
Bobi melanjutkan kuliah di sekolah kedinasan. Tania lolos masuk jurusan kedokteran.
Aku sendiri masih meniti karir sepakbolaku. Tinggal selangkah lagi gerbang Old
Trafford akan segera aku masuki. Sudah hampir dua tahun aku berkelana di negeri
yang bahasanya didaulat menjadi Bahasa internasional ini. Sambil bekerja paruh
waktu aku senantiasa berulang kali mencoba peluang masuk menjadi pemain di
Manchester United. Di pertengahan musim gugur yang tinggal beberapa hari lagi. Aku
akan menjalani latihan percobaan selama sepekan untuk seleksi Tim D. Orang tua
dan seluruh kerabat dekat di Indonesia sudah aku kabari. Termasuk Pak Eko.
***
“Bob, tumben-tumbenan bisa keluar
nongkrong bareng,” kata Igo.
“Iya nih biasanya kan kamu paling
susah kalau diajak ngumpul,” Tania ikut menimpali.
“Iya iya maaf. Kan kalian tahu
sendiri aku tinggalnya sekarang di asrama. Ketat banget peraturannya. Nggak boleh
inilah nggak boleh itulah,” Bobi mulai ngoceh panjang lebar.
“Ye… malah curcol dianya,” kata
Tania sambil tertawa.
Ketiga teman SMA itu pun tertawa
bersama.
“Eh, mas. Boleh pinjam remotnya?
Ada MU nih lagi main.” Bobi berkata pada pelayan depot.
“Oh… iya mas. Nanti saya
gantikan saluran tevenya.”
“Sip mas!” Bobi mengacungkan dua
jempol.
“Jadi kangen sama Rio nih. Kan dia
yang paling nggak mau ketinggalan kalau MU lagi main.” Tania berkata dengan
nada sedih.
“Iya sih. Sudah setahun ini dia
nggak ngirim kabar buat kita-kita. Kamu di kirimi kabar, Bob?” tanya Igo.
“Terakhir sih pas dia mau ikut
seleksi Tim D. Kira-kira ya setahun lalu kayak yang Tania bilang tadi.” Balas Bobi
Teve telah ganti saluran MU Vs
Chelsea. Beberapa orang di depot ramai karena MU menyarangkan gol. Tiba-tiba
terlihat sosok yang sangat mereka bertiga kenal melakukan gaya selebrasi.
“Itu… Rio!”
=========================================================================
Karakter favort game of Thrones
Daenerys Targaryen
Karena dia ratu yang tegar dan cantik
=========================================================================
Karakter favort game of Thrones
Daenerys Targaryen
Karena dia ratu yang tegar dan cantik
2 obrolan:
Btw Nyol....itu di atas judul ceritanya ta? Panjang nian~ @_@
Ceritanya cepet banget, harusnya bisa lebih panjang... (dilema sih, aku juga sering banget kayak gitu T___T)
Aku juga pengen bikin cerpen lagi, udah ada ide dari dulu. Tapi ya gitu itu....begitu mau mulai, bingung mau nulis apa. @_____@
Oke bek.. aku baru ngeh kalo kamu komen dan itu sudah sejak setahun lewat dua bulan yg lalu. OMG! Hahaha
Ini tuh yg kapan hari tak bilang pas kita komen2an di ig tauuuuuukk. Ayok nulis bareng lagi. Aku kangen sama ke koplakanmu. Kuma masih aktif ngeblog. Tapi blognya beralih fungsi jd galeri komik strip. Ga lagi galeri kata. Senengnya bisa nggambar :v
Posting Komentar
Habis baca jangan lupa tinggalin jejak ya :D